♥ Kantung Ajaibku ♥
Sabtu, Desember 29, 2007 @ 8:46 PM

Kenapa Cowok Hobi Nyakitin Cewek???

Pagi ini gue sedikit mendapat surprise karena temen lama gue, Nia, tiba-tiba menelepon gue ke rumah. Dia bilang kalau dia tau gue sedang ada di ponorogo sekarang makanya dia menyempatkan diri menelepon gue. Setelah hahahihi, nanyain kabar masing-masing dan meng-update gossip seputar teman-teman lain, kami pun sepakat untuk ketemuan. Karena hari ini orang tua gue lagi pergi ke Surabaya, gue nawarin supaya ketemuan di rumah gue aja.

Akhirnya pagi tadi gue langsung bebenah, mandi dan sikat gigi. Karena biasanya kalau nggak ada acara keluar rumah, gue bisa seharian nggak mandi. Yeah! That’s really me!! Berasa kayak kambing aja ya!!

Nia pun datang tak lama setelah gue selesai mandi. Cewek itu tak banyak berubah. Tetap manis, dengan rambut yang sekarang dicat kemerahan, dan nggak pernah gue nemuin cewek sesabar dirinya.

Awalnya gue merasa nyaman aja cerita-cerita sama dia, ngegosip, tapi lama-lama gue sadar, ada yang beda dari cewek ini. Sepertinya matanya bengkak, kayak orang habis nangis gitu. Terus dari aura wajahnya *cieeee, belagak kayak paranormal aja* sepertinya dia lagi nggak bercahaya.

Dia sih nggak ngaku pada awalnya, tapi setelah gue korek-korek akhirnya dia buka mulut juga. Dan inilah cuilan *biscuit kali dicuil* percakapan gue dan Nia. Buat Nia, kalau kamu baca ini, mungkin kata-katanya agak terlalu telenovela banget ya???

Nia: Gue putus sama Nico

Gue: *mangap*

Gue nggak nyangka si Nia bakalan putus sama si Nico, cowoknya. Emang sih nggak ada yang aneh jika dalam suatu hubungan akhirnya harus kandas di tengah jalan. Tapi untuk seorang Nia dan Nico itu nggak mungkin banget. Nia itu cewek super sabar yang pernah gue kenal. Dia nggak pernah yang namanya neko-neko, walaupun sering heboh juga kalau lihat cowok cakep tapi gue tau kalau dia itu cinta setengah mampus sama si Nico.

Begitu pun dengan si Nico, walaupun dia tipe cowok nggak romantis, dingin, dan kesibukannya seabrek-abrek, tapi nggak pernah sekalipun dia ngelaba sama cewek lain. Walaupun gue akuin kalau Nico itu cakep dan harusnya mendapat cewek yang selevel dengan dia yang cantik dan seksi tapi cowok itu malah memilih Nia yang STD.

Okelah, kalau kayak gini emang masalah hati. Walaupun si Nia itu udah nggak jauh beda kayak Mak Bongki tapi jika Nico bilang cinta, ya mau apa lagi. Makanya pas Nia bilang dia putus sama Nico rasanya kok nggak masuk akal banget. Soalnya mereka udah pacaran selama lima tahun. Bukan waktu yang singkat juga untuk menjalani sebuah hubungan. Bahkan untuk jangka waktu yang lama itu harusnya sudah cukup untuk masa adaptasi mereka, saling memahami satu sama lain, kecocokan batin, dan tentunya cinta yang mereka miliki akan semakin kokoh dengan bertambahnya usia hubungan mereka.

Gue: Kok bisa? *tanya gue kalem*

Nia: *cuma diam sambil memandang ke jari-jari kakinya seolah sekarang hal itu begitu menarik baginya*

Gue: Nia?? *mencoba menepuk bahunya dan berharap dia menyadari jika gue siap mendengar keluhannya*

Nia: Gue nggak tau apa salah gue *suaranya berubah menjadi serak, sepertinya dia akan menangis*

Gue: Memang Nico bilang apa?

Nia: *menggeleng* Gue nggak mau dengar apapun yang keluar dari mulutnya karena itu semua pasti bohong

Gue: *sedikit bingung* Jadi loe putus karena?

Nia: *menatap gue dengan mata yang berkaca-kaca* Nico selingkuh, Ky. Dia ciuman sama cewek lain. *kini tangisnya pecah seakan tak sanggup lagi menahan beban berat di hatinya*

Gue: *berusaha realistis* Memang kamu lihat sendiri? Jangan-jangan Cuma gossip aja.

Nia: Buat apa gue capek-capek nangis tiap hari kalau itu cuma gossip belaka. Gue lihat mereka, Ky. Nico meluk cewek itu. Lalu mereka ciuman. *Nia membenamkan kepalanya dalam tangannya* Dia nyium cewek itu, Ky. Sepertinya mereka udah kenal lama dan gue yakin jika itu bukan yang pertama buat Nico karena dia berani ngelakuinnya di area umum.

Gue: *bener-bener nggak tau harus ngapain karena gue payah banget kalau soal beginian. Jadi gue cuma menepuk-nepuk punggung Nia seolah memberi semangat untuk terus tegar* Sabar ya.

Nia: Gue kira selama ini dia setia sama gue. Gue kasih kepercayaan. Tapi ternyata gue salah. Sependiem-pendiemnya cowok tetap aja bajingan.

Gue: *agak syok mendengar pernyataan Nia karena sepengetahuan gue dia tipe cewek yang nggak pernah ngomong kasar* Nia, ada baiknya jika elo tanya dulu ke Nico. Ngomong ke dia. Siapa tau dugaan loe salah.

Nia: *menatap gue sinis* Gue salah?? Sekarang seandainya elo ada di posisi gue, loe ngeliat cowok yang selama ini loe anggap cuma cinta sama elo ternyata elo pergokin lagi ciuman plus cupang-cupangan di leher sama cewek lain, yang lebih cantik, seksi, dan bikin loe kebanting abis-abisan, apa loe masih berpikir jika cowok loe nggak selingkuh??

Gue: Hah?! Nico bisa cupang-cupangan juga?? *nggak sadar gue bilang begitu* Gue kira selama ini dia agak kurang maskulin tapi ternyata bisa cupang-cupangan juga *yaaaaah, gue yang geblek pun nggak bisa mengontrol omongan di depan Nia*

Nia: *tampak sakit hati sekali setelah kenangan itu terbersit dalam ingatannya kembali*

Gue: Kalau gue sih, udah gue mutilasi si Nico itu. Kalau perlu sama si cewek kegatelan itu, udah tau Nico punya cewek tapi masih aja disosor. Tapi…tapi…loe nggak akan ngelakuin hal itu kan?? *gue sedikit khawatir karena dalam keadaan begini si Nia bisa aja membunuh orang*

Nia: Mungkin gue yang salah kali ya *dia mulai menyalahkan dirinya sendiri* mungkin gue kurang cantik, kurang seksi, kurang perhatian sama dia, kurang cinta, kurang sayang.

Gue: Nia, berhenti nyalahin diri loe sendiri. Ini bukan lagi soal salah-menyalahkan. Harusnya elo harus bersikap lebih dewasa *gue agak kaget mendengar kata-kata bijaksana yang meluncur dari bibir gue* Kita bukan anak SMA lagi. Kita udah kuliah, kita udah berumur dua puluh tahun harusnya itu membuat kita tersadar jika kita harus bersikap dewasa. Mau atau pun tidak waktu terus berjalan dan kita dituntut untuk bertindak sebagaimana manusia dewasa.

Di sini gue nggak membela siapa-siapa, tapi coba deh loe tanya ke dalam hati elo sendiri, apakah loe nggak sakit sendiri dengan menyiksa perasaan loe untuk membenci Nico. Gue tau persis loe cinta banget sama Nico dan mungkin lebih memilih mati dari pada berusaha untuk membencinya. Karena rasanya sakit sekali.

Nia: *masih menatap gue, menunggu kelanjutan kata-kata gue*

Gue: Gue juga pernah berada dalam posisi elo, malah lebih parah. Gue terpaksa untuk membenci seseorang yang gue cintai setengah mati hanya karena gue salah jatuh cinta. Ironi sih *gue ketawa* mana mungkin ada cerita salah jatuh cinta. Tapi ini memang kejadian sama gue. Gue mencintai orang yang seharusnya menjadi pilihan terakhir gue jika nggak ada cowok lain di dunia dan perasaan itu sungguh membuat gue sekarat. Sakiiiiiit sekali. Betul kan?

Nia: *mengangguk kecil* Jadi apa yang seharusnya manusia dewasa lakukan?

Gue: *tersenyum karena kini keinginan Nia untuk membunuh orang sepertinya sudah hilang* Kuatkan hati loe. Temui Nico. Ajak dia bicara dari hati ke hati. Tanya padanya tentang aksiden itu. Tapi dengan catatan jangan bertanya dengan nada menuduh, bersikaplah layaknya orang dewasa. Jika loe sudah mendapat jawabannya, semuanya keputusan final ada di tangan loe. Apakah loe akan memberinya kesempatan lagi atau mengakhiri hubungan yang sudah terjalin selama lima tahun ini. Lima tahun tentunya bukan waktu yang singkat buat kalian berdua, bukan?

Nia: *menatap gue* Seandainya dia lebih memilih cewek cantik itu? *terdapat nada ketakutan dalam suaranya*

Gue: *tersenyum* Bukankah dulu juga ada Fransisca? Tapi kenapa ya dia tetep milih elo?? Mungkin si Nico udah buta kali ya. Fransisca di pelupuk mata tak nampak tapi Ubur-ubur di seberang lautan tampak.

Nia: *mulai tersenyum sambil mengusap peluh di sudut matanya* Kalau gue ubur-ubur elo apa?? Kecebong???

Gue: *ikutan ketawa* Nia, nggak peduli seberapa berat rintangan kalian nantinya, elo harus sabar ya. Nico memang bukan seperti cowok kebanyakan, jadi loe harus punya kesabaran ekstra. Jangan mudah memutuskan suatu perkara walaupun loe lihat dengan mata dengkul kaki loe sendiri karena mata sekalipun bisa dikelabuhi.

Satu pelajaran yang gue petik dari pengalaman teman gue ini, bahwa cowok, sebaik apapun dia, selugu apapun itu, sealim-alimnya dia, sejarang-jarangnya dia memedulikan yang namanya cewek, tetap aja bajingan. Contoh kasus ya si Nico itu, udah tau punya cewek, masih aja cupang-cupangan sama cewek laen!!

Nggak habis pikir gue, apakah yang namanya cowok itu nggak sekalipun punya yang namanya perasaan atau seenggaknya punya pikiran jika dia ‘meleng’ sama cewek lain maka ada seseorang yang tersakiti hingga berasa sekarat. Sampai kapan ya cowok-cowok itu bakalan nyadar jika saja mereka sedikit lebih menggunakan perasaan, bukan hanya sekedar nafsu saja, maka cewek-cewek di dunia ini pasti hidup bahagia. Tak terkecuali gue….

Jadi, Dani Pedrosa gimana menurut loe?? Apakah loe juga satu tim sama yang namanya Nico?? Sama-sama cupang-cupangan sama cewek di muka umum??? *ketawa sarkas* Mungkin ini terdengar konyol, namun beberapa saat setelah Nia meninggalkan rumah gue, gue mendapat email dari Eben:

Gue harap loe nggak loncat ke comberan kalau lihat foto-foto ini.

Dengan penasaran gue klik link yang tertera di bawah tulisan itu. Beberapa detik kemudian saat gambar-gambar itu telah terdownload sempurna, dunia gue serasa terbalik. Dan gue pun tersadar jika tak lama lagi pasti keinginan untuk membunuh Dani Pedrosa naik ke permukaan, sama seperti keinginan Nia yang berhasil gue redamkan beberapa menit yang lalu.


kembali ke atas

Sabtu, Desember 22, 2007 @ 8:58 AM

"THIS IS PERFUME, MISTER!"

Ada kabar baik, Kawan!! Jika selama ini gue terkenal sebagai pengusaha upil karena sering sekali memproduksi upil, sekarang gue telah pindah haluan. Gue sekarang menjadi pengusaha parfum. Mhuehehe…. Bangga juga yak! Kalau udah punya kerja sambilan kayak gini.
Kalau dibilang pengusaha sih juga belum karena gue memang hanya jadi seles parfum. Gue jualan parfum MLM *mulut lewat mulut*. Ceritanya gue itu jual parfum impor dari Hongkong yang branded kayak Bvlgari, Hugo Boss, CK, Gucci, Paris Hilton, juga J.Lo. Tapi disini gue jual bukan harga toko yang biasanya dinominalnya banyak angka nol. Gue cuma jual harga 100 ribu. Nah, murah banget bukan??
Tapi gara-gara gue matok harga murah, banyak yang nyangka kalau parfum gue itu suntikan atau ASPAL. Ugh! Ngerusak pasaran banget sih! Padahal sumpah lele deh itu parfum bukan suntikan atau pun aspal. Itu bener-bener parfum *ya iyalah, masak hamburger*. Kalau nggak percaya cium aja, pasti baunya nggak kayak minyak nyong-nyong.
Berkat parfum itulah pundit-pundi keuangan gue menggembung…mhuehehehe…seneng deh kalau kayak gini. Kalau usaha ini jalan terus bisa-bisa dalam setahun gue jadi milyuner nih *100% ngayal*.
Kemarin gue sempat ikut bazar untuk ngepromosiin parfum gue. Pertama, gue ikut bazar di kampus. Tapi ternyata sepiiiiiiiiiiiiiiiiiiii kayak kuburan. Perlu aja kalian semua tau yak! Anak FE yang kelihatan tajir dan modis itu ternyata pelit-pelit banget. Masak beli parfum harga 100 ribu aja nawarnya kayak di pasar Malioboro. Atau kalau nggak gitu mereka malah bilang kayak gini: Ini palsu ya?? Kalau asli mana mungkin dijual harga miring begini???
Beli enggak tapi nyeceeeeeer aja kayak bajaj!!! Tapi sebagai penjual yang baik gue cuma pasang senyum aja padahal napsu ini udah pengen ngelempar dia pakai parang!!

Sebenernya begini, Kawan!! Parfum gue itu bisa dapet murah itu karena itu bukan parfum. Eits, jangan salah sangka dulu. Jadi begini ceritanya *kok kayak reality show Dunia Lain*. Parfum yang gue jual itu Eau de Toilette *bukan parfum untuk dipakai di toilet loh!* Jadi, eau de toilette itu parfum yang ketahanannya nggak selama eau de parfum. Kalau eau de parfum bisa tahan sampai dua hari tapi kalau eau de Sebenernya sewaktu dijelasin tentang betoilette itu cuma tahan satu hari aja. Singkat kata parfum yang gue jual itu memang dispesialisasikan untuk dipakai sehari-hari.

da eau de parfum sama eau de toilette, gue sempat mikir sesuatu. Kenapa sih orang bule itu bikin eau de parfum yang wanginya tahan sampai berhari-hari??? Lalu dengan asal-asalan aja gue berpikiran jika orang bule itu kan males mandi apalagi kalau musim dingin. Makanya biar badannya nggak bau dia pakai parfum yang tahan berhari-hari jadi nggak ketahuan kalau nggak mandi.
Mungkin itu adalah analisa terbego gue. Tapi masuk akal bukan?? Coba deketin deh bule-bule di Bali. Pasti bau mereka nggak enak. Bukannya menghina *karena gebetan gue juga orang bule, apalagi dia memiliki bulu ketek yang tebal, baca: Ganteng Bukan Jaminan* tapi kebanyakan orang bule emang bau. Kenapa ya?? Apa karena jarang mandi?? Atau karena takdir *emang ada gitu ditakdirkan punya BB kayak bau ikan tuna??* kalau ada betapa malangnya nasib orang itu???

Ngomong-ngomong soal bule, terakhir gue ikut bazar di Ciputra Golf. Bazar itu diadakan oleh Pemkot bekerja sama dengan Ciputra Group. Di situ gue pasang tarif 150 ribu untuk satu parfum tapi kalau mereka beli dua, mereka dapet 125 ribu untuk satu parfum.
Di sini lebih menguntungkan dari pada bazar di kampus gue, secara orang-orangnya juga dari kalangan atas yang ngerti soal ‘parfum mahal’ makanya mereka pada appreciate waktu ada yang jual parfum branded harga miring. Awalnya mereka ragu kalau barang gue itu palsu atau suntikan namun setelah gue jelasin kalau yang gue jual itu eau de toilette mereka ngerti dan banyak yang ngeborong sampai empat parfum sekaligus.
Gue yang memang pas-pasan dalam bahasa inggris tiba-tiba menjadi speechless saat ada sepasang bule suami istri yang tertarik dengan barang dagangan kami. Gue, Yongki, dan Nela yang kebetulan jaga stan cuma bengong ngeliatin dua bule itu mencoba berbagai tester parfum. Biasanya kalau udah kayak gitu gue ngoceh kayak beo tentang parfum-parfum itu dan menjilat para pembeli itu supaya beli barang dagangan gue tapi kali ini gue bingung, bener-bener salah tingkah, gak tau mesti ngomong apa.
Orang-orang yang jaga stan di sebelah kami pada ngetawain kami dan tak jarang yang mengolok-olok kami. Mereka bilang: Itu lho mbak, ada yang mau beli. Kok diiemin aja. Nanti nggak jadi beli loh kalau nggak dilayanin.
Gue cuma noleh ke mereka dan senyum-senyum nggak jelas gitu. Setelah sepasang bule itu ngomong-ngomong pakai bahasa inggris tentunya *yang aslinya gue paham apa yang mereka omongin tapi gue bingung mesti ngomong apa karena tiba-tiba gue nggak inget sama sekali dengan translate bahasa inggris* si bule cewek tiba-tiba menyodorkan parfumnya ke gue sambil bilang: I’ll take it.
Gue segera menyudahi kebengongan gue dan tanggap menerima parfum itu untuk dibungkus.
Lalu Keong bilang ke bule yang cowok: If you buy two…..
Keong diem lama lalu noleh ke gue, rupanya dia nggak inget apa bahasa inggrisnya dua ratus lima puluh ribu dapet dua, akhirnya gue bantu dia karena tiba-tiba gue mendapat pencerahan jiwa. Dengan gaya gue bilang: If you buy two you get two hundred and fifty.
Lalu si bule cowok bilang: It means saving fifty??
Gue masih gaya sok aksi bilang: Yeah, right.
Bule cowok berkata lagi: Ok! I’ll take this too. So, we just paid two hundred and fifty.
Gue tersenyum lebar: Thank you!! *sambil mengulurkan bungkusan parfum itu ke mereka*

Wah, wah, wah!! Pengalaman itu membuat gue tersadar jika gue memang udah pantes jadi istrinya Daniel Pedrosa. Yah, walaupun kemampuan bahasa inggris gue pas-pasan. Uuuuuugh!! Ngaco!! Yang bener itu pengalaman tadi membuat gue tersadar jika bahasa inggris itu perlu. Apalagi buat gue yang pengusaha parfum!! Mhuahaha…siapa tau nanti gue dapet orderan dari Daniel Pedrosa buat men-suplai parfumnya karena bau keteknya udah nggak ketulungan???

kembali ke atas

@ 8:48 AM

SIAPA JODOH GUE

Nggak tau kenapa, akhir-akhir ini gue kepikiran sama satu hal. Sebenernya malu juga buat ngebahas di blog karena mungkin ini terdengar konyol. Tapi siapa tau untuk anak-anak cewek yang seumuran sama gue atau pun lebih muda dari gue juga pernah terlintas di pikiran mereka akan hal ini.

Siapa ya yang bakalan menjadi suami gue nantinya??? Siapa ya cowok yang nantinya bakalan berbagi tempat tidur dengan gue??? Atau gimana ya wajah anak-anak gue nanti??? Ngerasa aneh aja jika melihat seseorang dengan wajah mirip kita namun dengan ukuran mini.

Oke, minggu-minggu ini emang pikiran gue lagi paneng berat akibat UTS. Mungkin ini juga yang menjadi gue berpikir meracau seperti itu. Tapi saat melihat tetangga gue menikah tadi pagi, melihat kebahagiaan dalam wajah mereka, saat mereka berdiri di pelaminan menyalami orang-orang yang memberi selamat atas pernikahan mereka, gue jadi membayangkan jika gue yang berdiri di sana. Bersama dengan seorang cowok yang nantinya bakalan jadi pasangan gue mengarungi hidup yang penuh intrik dan konflik ini.

Gimana jadinya kalau gue menikah nanti?? Apa gue masih tetep hobi ngupil dan cekikikan sendiri gitu?? Atau kah gue berubah menjadi wanita dewasa yang selalu menangani masalah dengan kepala dingin. Gak bisa ngebayangin gue, gue yang dewasa?? Kayak gimana tuh??

Tuhan memang telah menggariskan kelahiran, takdir, maut, dan jodoh untuk semua makhluknya. Itu berarti memang ada seorang cowok yang telah ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidup gue. Malang benar nasibnya. Mungkin di kehidupan sebelumnya dia punya banyak dosa kali ya, jadinya dikehidupan sekarang dia ditakdirin menjadi jodoh gue. Mhuehehehe…

Apakah gue pernah bertemu dengan dia sebelumnya?? Atau mungkin dia temen TK, SD, SMP, atau mungkin SMA gue?? Gimana kalau jodoh gue ternyata adalah tetangga gue??? Atau gimana kalau jodoh gue adalah teman kuliah gue?? Onta misalnya??? *huahahahaha* Ngarep banget, Neng! Tapi kayaknya nggak mungkin deh kalau jodoh gue itu Onta. Atau jangan-jangan jodoh gue adalah DANI PEDROSA??? Huahahahahaha *ketawa histeris* kalau yang ini sih gue mau banget!!!

Sejak gue kecil, gue memang selalu memimpikan seorang pangeran yang suatu hari nanti akan menjemput gue dengan kuda putihnya. Memang sih kedengeran nggak realistis banget apalagi untuk gue yang memasuki usia kepala dua *nggak nyangka banget ya kalau gue udah dua puluh tahun sekarang. Rasanya baru kemarin deh gue pipis di celana dan akhirnya disuruh pulang sama guru TK gue*.

Gimana ya kalau nantinya jodoh yang dikirim Tuhan buat gue ternyata tak seperti pangeran beruda putih yang selama ini gue mimpikan?? Gimana kalau dia hanya seorang cowok biasa, yang tidak terlalu pandai, namun banyak sekali memiliki kekurangan?? *Ini udah menjurus ke Onta*

Memang sih manusia itu nggak ada yang sempurna apalagi gue. Dani Pedrosa aja yang jago banget balapnya dan dipuja-puja banyak cewek saking gantengnya juga punya kekurangan: Ambisius banget. Namun apakah sindrom cinta yang membuat orang buta akan menyerang gue juga???

Gue ketawa sendiri saat memikirkannya. Ada cowok yang mau menghabiskan sisa waktunya bersama gue. Aneh aja ngerasa ada seseorang yang mencintai gue dengan sebegitu hebatnya sampai berkeinginan untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan gue. Karena sampai sekarang kayaknya belum ada deh cowok yang mau berkorban begitu besar buat gue. Buat gue yang bodoh, lemot, dan malu-maluin ini.

Jadi, siapa jodoh gue???

kembali ke atas

Jumat, Desember 21, 2007 @ 4:14 PM

CINTA ITU MEMBINGUNGKAN




Sampai saat ini gue nggak tau persis apa itu cinta. Kadang saat gue bertemu Onta atau Si ‘dia yang diharapkan’ muncul rasa aneh dalam hati gue. Gue pun berpikir: Apa ini ya yang namanya cinta?? Atau rasa gejolak di hati ini hanya sebatas kagum atas fisik luar saja??

Banyak orang bilang jika cinta itu datang bukan lewat mata tapi dari hati. Tapi kenapa ya ada lagu yang liriknya kayak gini: Cinta datang dari mata turun ke hati *confused*. Aaaah, yang jelas cinta itu nggak datang dari fisik semata tapi juga dari hati. Itu sih kata orang-orang bijak. Namun gue merasa selama ini menyukai seseorang selalu dari fisik dulu barulah masuk ke hati. Jadi, apakah cinta-cinta gue yang semula gue anggap cinta itu beneran cinta???

Terlepas dari itu cinta atau enggak, gue cukup senang memiliki special feeling terhadap dua cowok cakep itu. Walaupun gue bener-bener pengecut karena nggak berani bilang soal perasaan gue sama mereka. Beraninya cuma ngomong-ngomong di belakang mereka.

Gue ini kalau disuruh cerita tentang Onta atau ‘dia yang diharapkan’ di depan temen-temen gue atau dalam forum blog kayak gini rasanya berani banget. Tapi lihat aja gimana reaksi gue kalau udah ada dalam radius lima meter dari mereka. Pasti cuma diem, grogi, kalau diajak ngobrol sering nggak nyambungnya, dan sering melakukan hal yang memalukan.
Yeah, that’s really me!!!

Tadi gue sekelas sama dua orang itu. Saat bertemu si ‘dia yang diharapkan’ gue ngerasa seneeeeeeeng banget. Lihat dia dari jauh aja udah bikin gue hepi. Gue memang tipe orang yang lebih memilih menunggu mukzizat datang dari pada berusaha ngomong jujur sama orang yang gue suka. Padahal mungkin, ini masih mungkin loh, mungkin aja kalau gue sedikit lebih berani mengungkapkan isi hati gue yang sejujurnya, gue tidak perlu lagi menatap mereka lagi dari jauh karena siapa tau mereka yang akan menggandeng tangan gue. Mungkin saja orang yang gue suka itu ternyata juga memiliki perasaan yang sama kayak gue. Who knows?? Isi hati orang kan nggak ada yang tau???

Gue hanya takut. Gue hanya takut akan kemungkinan terburuk. Gimana kalau ternyata orang yang gue suka ternyata nggak suka sama gue?? Menurut gue itu lebih menyakitkan dari pada difitnah sebagai pengedar bokep. Gimana kalau orang yang gue sukai itu menjadi benci sama gue setelah gue ngomong jujur sama mereka dan itu membuat hubungan yang selama ini udah terjalin baik menjadi rusak. Gue bener-bener nggak mau hal kayak gitu terjadi. Gimana kalau mereka bilang gini: Idiiiiih, siapa elo?? Berani banget bilang cinta sama gue?? Ngaca doooong!!!

Kalau aja Onta atau Si ‘dia yang diharapkan’ ngomong kayak gitu ke gue, pasti gue langsung terbang ke Inggris untuk memburu Daniel Pedrosa dan memaksa supaya dia nikahin gue. Jadi gue bisa pamer ke Onta dan si ‘dia yang diharapkan. Gue akan menggandeng Daniel Pedrosa di hadapan mereka dan bilang gini: Nih, liat!! Jadi siapa ya yang buta??? Elo apa gue??

Tapi kayaknya nggak mungkin banget deh, masak Daniel Pedrosa mau nikahin gue?? Mimpi apa gue?? Mungkin gue harus minta bantuan Ki Joko Bodo untuk melet Daniel Pedrosa kali yaaaa?? Cinta ditolak dukun bertindak. Mhuahahahaha….

Terlepas itu semua, gue bersyukur banget karena dianugerahi perasaan seperti ini dari Tuhan karena tidak setiap manusia punya perasaan kayak gini. Mungkin cuma orang goblok kayak gue yang punya. Orang yang lebih memilih memandang orang yang dicintai dari jauh namun tetap mencintai mereka dengan sepenuh hati, menyayanginya, walaupun mereka nggak pernah tau. Nggak pernah akan tau jika gue mencintai Onta dengan sepenuh hati gue, gue nggak keberatan dengan segala keminusannya, gue menerimanya apa adanya karena cinta gue memang hanya untuk dirinya. Hanya untuk Onta tanpa embel-embel lain.

PS: Jadi yakin nih yang dicintai itu Onta??? Bukan ‘Dia yang diharapkan’???

kembali ke atas

@ 3:57 PM

GANTENG BUKAN JAMINAN

Huaaaaaaaaaaaah!!! Lega banget akhirnya lepas dari belenggu Mid-term yang begitu menyita tenaga, pikiran, dan juga waktu. Walaupun hasil ujian sepertinya belum sesuai harapan setidaknya ini semua udah berakhir. Selamat tinggal pening kepala, selamat tinggal begadang tengah malam menemani Mbak Kunti, selamat tinggal potokopian soal-soal ujian, selamat tinggal depresi, selamat tinggal ULTRAMAN yang selalu menemani belajarku. Sampai jumpa lagi waktu UAS.

Sekarang saatnya untuk leye-leye, kembali ke habitat asal: hahahihi, ngupil, dan bersenang-senang. Selama seminggu ini gue nggak sempat posting blog soalnya emang nggak sempat. Waktu untuk belajar aja kurang apalagi kalau buat nyempatin ngepost.

Aslinya waktu belajar itu lumayan banyak, hanya saja gue yang bersahabat dekat dengan yang namanya malas selalu menggampangkan sesuatu dan baru kelabakan kalau hari udah beranjak malam. Gue kalau belajar itu bukan tipe tekun. Dalam artian belajar jam tujuh pagi sampai jam dua belas siang: nonstop. Gue nggak bisa kayak gitu. Kalau gue belajar selalu diselingi kegiatan yang nggak penting.

Contoh: Gue belajar itung-itungan akuntansi mulai jam tujuh pagi. Lalu jam setengah sembilan selesai satu bab, maka gue akan rehat sejenak. Entah itu nonton doraemon, dengerin PUTUSS, ngelamun, mikirin si ‘dia yang diharapkan’, atau nulis-nulis tulisan ‘Dani Pedrosa’ di kertas kosong. Setelah dirasa membuang-buang waktu, gue akan nerusin bab selanjutnya tapi begitu baca awal chapter pasti langsung bosen. Akhirnya buku ditutup, beranjak dari meja belajar dan minta sarapan sama Mbak Lusi.

Setelah dibikinin sarapan atau terpaksa bikin sendiri kalau Mbak Lusi masih ke pasar, gue kembali duduk ke sofa dan nyalain tipi. Nonton gossip atau FTV sembari membatin: Ah, gue belajar habis nonton gossip aja deh.

Realisasinya: Selesai acara gossip segera pindah channel ke indovision. Nonton serialnya Grey’s Anatomy, Ugly Betty, sama Prison Break. Kaget saat melihat jam udah nunjukin pukul satu siang. Namun saat ganti channel ke TransTV ada Ceriwis. Dijabanin lagi. Selesai Ceriwis perut laper, pas banget sama Mbak Lusi yang selesai masak. Akhirnya makan, kekenyangan, dan tewas di kasur sampai jam enam sore. Bangun-bangun panik, gedibukan ambil buku, terburu-buru membaca bab karena takut nggak selesai yang pada akhirnya malah nggak nyantol semua.

Akhirnya gue yang putus asa, memilih pasrah aja dan kembali ke sofa favorit gue, duduk di sana, nyalain tipi dan nonton sinetron Azizah. Habis gitu ngantuk trus tidur deh. Akhirnya saat menghadapi soal-soal ujian gue cuma senyum-senyum nggak jelas gitu. Menertawai kegoblokan gue yang berlebihan.

Tapi gue nggak pernah menyesal tuh!! Orang kayak gue mana kenal dengan yang namanya penyesalan!! Malah kebiasaan kayak gitu pasti berulang lagi waktu UAS.

Beberapa waktu yang lalu gue sempet ketemu sama ‘dia yang diharapkan’ saat ujian TA karena kami berdua emang sekelas. Begitu si ‘dia yang diharapkan’ masuk kelas, gue yang lagi bantuin Anggi ngapalin materi langsung terdiam mendadak. Dia beberapa saat berhenti di sebelah gue, mengamati kursi yang ada di samping gue. Tak lama kemudian dia berbalik menatap gue *yang dari tadi udah mangap merhatiin dia* dan Anggi.

Nggak tau dia emang ngeh kalau gue ada hati ama dia, atau emang dia mau duduk di sebelah gue. Namun saat tau ada selembar kertas di atas tempat duduk itu, dia mengerti jika tempat itu telah dihuni orang. Lalu dia berjalan ke arah depan sambil celingukan mencari tempat yang masih kosong. Gue: menelan ludah dan langsung menghela nafas lega saat dia pergi.

Sumpah bok! Rasanya gue nggak bisa bernafas bebas saat ada di dekatnya. Mungkin gue terlalu grogi kali yah? Anggi yang ngeliat langsung ketawa-ketawa: dia tau sesuatu.

Lalu apa hubungan cerita-cerita gue dengan judul di atas: GANTENG BUKAN JAMINAN

Jangan salah! Ini bukan tentang Onta atau pun ‘dia yang diharapkan’. Namun ini soal Dani Pedrosa. Tenang-tenang! Ini bukan soal keburukan dia kok karena Danny emang baik: sok tau! kenal aja enggak gimana ngerti kalau dia itu baek apa enggak!!! Yaaa, pokoknya dia ganteng deh. Bagi gue ganteng = baek. Persamaan yang geblek!!


Danny, ganteng-ganteng gitu ternyata bulu keteknya tumbuh subur kayak hutan rimba. Mhuahahahaha….gue sampai ketawa seharian waktu lihat fotonya saat kualifikasi di Valencia kemaren. Gua nggak habis pikir! Cowok keren dan hebat seperti dia ternyata juga punya kekurangan ya: hobi melihara bulu ketek. Mhuahahaha…

Mungkin dia terlalu sibuk kali yah?! Sampai-sampai lupa nggak nyukur bulu ketek. Nggak bisa dibayangin deh gimana bau badannya dia. Pasti bau banget secara bulu keteknya tumbuh liar gitu. Mhuahahaha…

Tapi ga pa-pa deh, biar pun bulu keteknya tumbuh liar begitu dia tetep cakep, gue tetap ngefans kok, tetap ngiler-ngiler kalau lihat fotonya, dan nggak pernah merubah cita-cita untuk menikah dengannya suatu hari lagi. Cita-cita apaan tuh! Cetek banget!

Bulu ketek kan bisa dicukur. Iya kan Danny?? Jadi, cepet dicukur ya Honey Bunny Sweety, bulu keteknya. Malu dong dilihat orang. Masak pembalap MotoGP tapi keteknya udah berasa kayak hutan rimba gitu. Jangan-jangan kalau aku naroh biji jeruk di ketek kamu, keesokan harinya tumbuh bibit pohon jeruk??! Mhuahahaha…

kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: