♥ Kantung Ajaibku ♥
Senin, Maret 31, 2008 @ 9:49 AM

Ketika 'kecebong' ngenet gratisan di kampus...


Oke, gue sekarang memang lagi ngelakuin yang namanya diferensiasi. biasanya gue ngenet di coffer cornet, atau kalau lagi kaya sekali ngenet di coffe bean, atau kalau lagi kere ngenet di rumah (dengan membobol telepon rumah tentunya). Tapi kali ini gue ngenet di kampus, gratisan, dan agak malu-maluin sih sebenernya.

soalnya gue nggak tau prosedurnya kayak apa. udah main masuk aja di ruang komputernya dan sok ngerti (gue belajar dari cara Raditya Dika). Tapi...oh...tapi gue memang memalukan...ngentri data ke post computer aja nggak bisa. untung ada temen yang nolongin...fiuuuuuh...untung-untung...

yak! gue memang serasa ngelewatin kesempatan ngenet gratis di kampus selama enam dekade (maksudnya enam semester). You know, semenjak gue menjejakkan kaki di universitas yang 'kere-n' ini gue sama sekali nggak pernah ngenet di sini. kecuali ngenet di wifi bawah...

tapi enak juga kok ngenet di sini: nggak digangguin sama om-om berkumis; nggak ditawarin koran sama penjaja asongan; atau disuruh minggir karena ada Presiden lewat...ya iyalah, secara gue ngenetnya di dalem ruangan kampus bukan di pinggir jalan raya...

oke, deh kayaknya postingan hari ini segini aja deh...

betewe,, suasana hati gue sekarang sedang BAIK...I mean,,,really-really good!!! Soalnya gue udah lupa sama yang kemarin-kemarin....

Apa?? Onta?? Siapa tuw?? Ga kenal....

Oia, sebelum lupa, gue mau nyelametin buat yayang DANI PEDROSA soalnya kemarin menang di Jerez...hohoho...yayang, sekarang kamu udah balik lagi ke asal ya...untung kita balikan...(hehehehehe.....*ketawa nggak ada titik komanya)

kembali ke atas

Rabu, Maret 26, 2008 @ 7:58 AM

Hanya Obsesi...


Hari ini adalah hari yang berat buat gue. Bukan apa-apa, hari ini gue mematahkan hati gue sendiri. Memang sih ini kedengaran konyol. Tapi gue memang sekarang lagi patah hati yang disebabkan karena ketetapan hati yang gue lakukan.
Mungkin kalian sudah tau atau mungkin udah bosen kalau gue mulai nyinggung-nyinggung tentang Onta. Mungkin juga ada beberapa pihak, apalagi temen-temen gue, yang kupingnya jadi merah karena boring setengah mati kalau gue mulai membahas Onta. Mungkin mereka mikir, gue ini cuma berani di mulut aja tapi kalau ditantangin langsung mengkeret jadi sambel.
Di sini gue mau minta maaf sama temen-temen gue yang bosan denger cerita-cerita gue ini. Tapi gue nggak tau lagi harus cerita ini sama siapa karena kalau dipendam dalam hati saja gue takut jadi gila. But, berkat teman-teman gue itulah gue sekarang masih bisa ketawa walaupun hati gue lagi porak-poranda.
Gue patah hati! Gara-garanya gue menyadari bahwa berada di dekat Onta adalah sebuah malapetaka buat gue. Gue jadi males melihat wajahnya, gue jadi boriiiiiiiiiiiing setengah mati sama dia, gue jadi merasa ilfil nggak ketulungan, dan rasa yang campur aduk itu membuat gue benci sama dia.
Kalau kalian mengira Onta telah melakukan sesuatu yang bikin gue sakit hati, itu salah. Karena Onta sama sekali nggak melakukan apa-apa sama gue. Dia cuma duduk di sebelah gue, seperti biasa ngobrol dengan teman sebelahnya, ketawa-ketawa saat melihat temen-temen gue presentasi di depan kelas, dan situasinya sama persis seperti kuliah-kuliah kemarin.
Tapi nggak tau kenapa, tiba-tiba saja hati gue merasakan sesuatu yang nggak enak. Lalu dalam pikiran gue tiba-tiba ada suara yang mengatakan: BUKAN DIA!!
Gue terang aja bingung pada awalnya namun lama-lama gue sadar jika kelakuan Onta, cara dia ketawa, cara dia menulis, bahkan cara dia tanda tangan, menjadi sangat menjijikkan bagi gue. Gue tiba-tiba saja ilfil dengan dia. Kalau nggak sengaja lengannya menyentuh pundak gue, gue langsung menjauh seolah itu adalah kuman yang mengganggu. Padahal yang dilakukannya sama seperti pertemuan minggu lalu, dia adalah Onta yang seminggu lalu gue kagumi bahkan sampai memuja bulu matanya yang lentik, namun kali ini entah kenapa gue jadi BORING setengah mati sama dia.
Saking boringnya gue sengaja ninggalin kelas untuk jauh-jauh dari dia. Saat dia mencoba membuat gue ketawa dengan celetukannya, gue cuekin, bahkan gue pasang tampang garang seolah siap maju perang.
Gue bener-bener bingung. Ada apa dengan gue??? Kenapa gue jadi begini. Apakah ini yang dinamakan perasaan ‘klik’ itu?? Yang kemarin-kemarin gue tanyakan ke temen-temen gue gimana sih rasanya klik itu???
Lalu dengan sotoy berlebih, gue pun menganggap bahwa itu adalah ilham dari Allah buat gue. Gue anggap itu adalah jawaban atas doa-doa gue. Namun nyatanya badan gue tiba-tiba jadi panas. Gue demam beberapa jam setelah gue memutuskan untuk: Tidak jatuh cinta lagi pada Onta.
Itu beneran, gue nggak bohong. Badan gue jadi meriang semua. Lalu gue yang semula mengikrarkan jika sekarang gue udah tobat, yang tentu saja disambut gembira oleh temen-temen gue, jadi kangen berat sama Onta. Gue malah pengen melihatnya dan memeluknya, bilang padanya jika sekarang gue lagi sakit.
Oke! Gue akui, gue itu bener-bener plin-plan. Padahal yang terjadi pada gue, tentang kata-kata: BUKAN DIA!!! Terasa begitu nyata. Tapi gue benar-benar merindukannya. Lebih dari apapun juga bahkan ketika mengetik tulisan ini, gue pun merindukannya.
Namun nyatanya, gue bertemu Onta beberapa saat ketika rindu gue mencapai puncak, saat badan gue demam, dan meriang semua, kami bertemu. Yang nggak disangka adalah perasaan benci itu kembali lagi ke permukaan. Perasaan ilfil, boring, pengen jauh-jauh dia langsung merayap lagi masuk ke dalam persaan gue. Gue pun langsung pasang tampang sangar saat menatapnya. Tapi begitu dia jauh, gue langsung pengen cepet-cepet ngejar dia.
Oh tuhaaaaaaan!!! Ada apa ini??? Apa gue udah gila!!! Gue capek kalau harus begini terus. Bukan hanya sakit hati namun juga sakit secara fisik!!
NB: semalem gue mendapatkan mimpi yang aneh. Mungkin ada hubungannya sama kejadian hari ini. Dalam mimpi gue itu, tiba-tiba si ‘Dia yang diharapkan’ bilang sama gue: Kamu nggak boleh jatuh cinta sama Onta. Karena yang mencintai kamu itu aku, bukan dia!!! Begitu dia bilang dan terang aja itu membuat gue kepikiran sampai bangun tidur pun gue masih bengong dengan mimpi gue itu. Yang ajaibnya tadi siang gue ketemu si ‘dia yang diharapkan’ dan dia nyuekin gue!!!

kembali ke atas

Selasa, Maret 25, 2008 @ 7:55 AM

Review: Macarin Anjing!


Gue langsung jatuh cinta ketika melihat cover novel ini dari kejauhan. Lucu banget, mana anjing-anjingnya digambarkan lagi ngelakuin hal-hal yang konyol. Namun, gue langsung kaget bukan kepalang saat membaca judulnya: Macarin Anjing! Yang ada dalam bayangan gue adalah gue pacaran dengan seekor anjing. Gue pun penasaran dibuatnya tapi sayang sinopsis yang ditampilkan dalam buku ini hanyalah komentar dari orang-orang tentang buku ini. Makanya gue agak sedikit ragu saat akan membelinya: Jadi gak ya? Jadi gak ya?

Tapi karena terhasut oleh gambar anjing yang lucu nan menggemaskan itu pun gue akhirnya luluh juga. Gue bawa novel itu ke kasir dan membayarnya (ya iyalah, masak langsung diembat gitu aja. Itu sih maling namanya!)

Begitu sampai rumah, gue nggak sabar untuk membacanya. Gue langsung terhenyak dengan kutipan yang ditampilkan di awal bab: Semua pria bajingan dan semua wanita gila (Macarin Anjing: 1).

Wah, penulis ini ekspresif banget! Lalu gue dibuat terpingkal-pingkal oleh prolognya dimana diceritain tokoh utamanya: Libby lagi asyik nonton telenovela yang dijabarkan secara konyol. Saat itu gue udah berasumsi, nih buku oke juga! Karena terus terang, gue nggak begitu suka novel yang serius dan mendayu-dayu. Gue suka novel yang bersifat menghibur dan Macarin Anjing ini salah satunya!

Novel ini sendiri menceritakan tentang gimana perjuangan Libby mendiskreditkan cowok yang menurut dia semua itu bajingan. Bukan apa-apa, Libby dulunya pernah punya cowok yang keren dan tampaknya sayang sekali padanya tapi…ternyata cowok itu tak ubahnya seorang playboy cap kacang goreng dan Libby pun mengalami patah hati akut.

Namun bukan Libby namanya kalau cuma mengurung diri di kamar, menangis, dan menyesali semua yang telah terjadi. Cewek itu dengan garang mengibarkan bendera peperangan kepada Dogma, nama cowok itu. Libby datang ke sekolah Dogma dan menyayat ban mobil cowok itu lalu meneriakinya penuh dengan makian, celaan, dan pernyataan jika tanpa dirinya Libby bisa bahagia.

Lalu seiring berjalannya waktu bertemulah dia dengan Niko yang sedari awal telah membuat dia salah tingkah. Namun nyatanya Niko adalah teman satu sekolah Dogma atau lebih jelasnya mereka satu geng. Maka Libby pun menganggap Niko tak ubahnya seperti Doggy *julukan yang diberikan Libby untuk Dogma*.

Niko yang tak tahu apa-apa pun bingung mengetahui kini Libby, yang satu tim dengannya saat terlibat dalam pembuatan sebuah film independent, berubah sengak dan memperlakukannya seperti musuh bebuyutan. Libby sih sebodo tuing! Dia nggak peduli Niko mati-matian bersikap baik padanya demi mengembalikan hubungan yang baik seperti dulu walaupun cowok itu nggak ngerti kenapa Libby membencinya sebegitu besar.

Akhirnya Libby pun mati gaya saat mengetahui bahwa pelan-pelan ia mulai jatuh cinta pada Niko. Tapi belum sempat ia mengungkapkan perasaan hatinya dan mengevaluasi jika tidak semua cowok bajingan, ia mendapati kenyataan bahwa Niko telah mempunyai seorang cewek yang bernama Brittany. Yang menurut dia lebih cantik, lebih keindo-indoan, lebih di sayangi Niko dari pada dia, dan terang aja itu membuatnya cemburu buta. Tapi dasar Libby, dia nggak mau mengakui jika dia itu cemburu. Dia tetep keukeh jika Niko itu playboy dan selama ini telah memberikan perhatian palsu untuknya.

Namun nyatanya Libby salah. Setelah beberapa konflik yang penuh dengan ketegangan dan air mata termasuk ketika Nico dikeroyok oleh preman, akhirnya kebenaran pun terungkit. Brittany bukanlah cewek Niko, Brittany adalah adik tiri Niko. Makanya Niko terlihat begitu menyayanginya. Dan kini sadarlah Libby tentang siapa cewek yang ada di hati Nico: dirinya.

Novel yang ditulis oleh Christian Simamora ini termasuk unik. Karena gaya penceritaannya lain dengan penulis kebanyakan. Dia juga mengerti betul bagaimana menceritakan kebiasaan para cewek, mode, acara-acara televisi yang lagi booming, begitu juga info artis mancanegara. Makanya novel ini berasa istimewa sekali.
Satu hal yang paling gue sukai dari novel ini adalah daftar yang dibuat Libby tentang: 15 Reasons why a dog is better than a man!

Dan akhirnya Libby pun sadar jika apapun itu, meskipun anjing lebih setia kepada majikannya namun ia lebih menyukai cowok. Karena menurut dia: Ciuman anjing nggak akan pernah bisa ngalahin ciuman hot cowok (Macarin Anjing: 356).


kembali ke atas

Senin, Maret 24, 2008 @ 7:52 AM

Mr. Right


Nggak tau ada kejadian apa, yang jelas akhir-akhir ini banyak temen-temen gue yang udah ngerencanain mau merit tahun depan. MERIT!!! Wow,,, jelas itu sebuah hal yang asing buat gue, tentu saja karena gue belum pernah merit sebelumnya dan ini karena yang mau merit itu adalah temen-temen gue. You know, orang yang seumuran sama gue dan mereka satu step melangkah di depan gue dengan melakukan pernikahan!
Gue yang dikasih tau sama temen gue tentang rencana pernikahannya dengan polosnya tanya: Emang kamu udah siap ya jadi ibu-ibu??? Kalau suatu saat kamu bosen sama suami kamu gimana? *pertanyaan yang aneh tapi itulah gue*
Gue nggak tau pasti gimana perasaan mereka sehingga memutuskan untuk menikah yang artinya akan menjalani sisa hidup mereka dengan seseorang. Mungkin memang mereka telah menemukan Mr. Right tapi begitu gue nanya: Gimana sih tanda-tandanya kalau itu bener-bener Mr. Right kita???
Mereka cuma ketawa dan bilang: Nggak tau, tiba-tiba rasa klik itu muncul begitu aja.
Nah, bingunglah gue ini. Apa maksudnya klik itu?? Tapi dibalik itu semua muncul sebuah kecemasan dahsyat dalam diri gue. Bukan karena gue kalah dibandingin temen-temen gue tapi karena sampai sekarang gue merasa masih belum dewasa. Gue masih seperti anak-anak. Cara berpikir, cara menyelesaikan masalah, ngambekan, dan secara fisik gue masih terlihat seperti anak ingusan.
Lalu kenapa gue nggak kepikiran sama sekali untuk merencanakan suatu pernikahan dengan Mr. Right suatu hari nanti??? Faktor pertama mungkin karena gue belum ketemu sama Mr. Right. Faktor lain adalah gue belum siap. Gue merasa pernikahan adalah suatu hal yang besar. Lebih mengerikan dari pada dicolek-colek sama om-om berkumis.
Gue masih kepingin cengengesan seperti ini, bersosialisasi dengan lebih banyak orang, jalan-jalan ke mall sambil ngecengin cowok-cowok cakep (yang tentu saja nggak akan bisa gue lakukan jika gue udah merit), gue masih mau ngelanjutin S2, gue masih kepengen kerja dulu, gue kepingin jadi orang kaya dulu, gue masih kepingin beli rumah di Galaxy Bumi Permai, dan karena Dani Pedrosa masih serius sama karirnya sebagai pembalap jadi dia tidak bisa menikah untuk saat-saat ini. Itu berarti gue juga belum bisa menikah karena jodoh gue adalah Dani Pedrosa. Mhuahahahaha….
Intinya, gue masih belum punya sedikit pikiran pun tentang menikah. Mungkin karena pikiran gue masih seperti bayi apalagi masih keseringan nonton Jimmy Neutron, Avatar, dan Detektif Conan jadinya gue masih belum memasuki fase kedewasaan itu. Tapi gue yakin suatu saat nanti gue pasti menemukan Mr. Right dan saat itu tiba pasti gue bakalan punya pikiran kayak temen-temen gue yang sudah siap untuk memasuki jenjang pernikahan. Walaupun mungkin masih lima tahun, sepuluh tahun, atau mungkin jika tiba-tiba Onta meminta gue untuk menikah dengannya besok, gue kira gue akan menerimanya…..
*sekarang gue ngakak nggak berhenti-berhenti*

kembali ke atas

Minggu, Maret 23, 2008 @ 7:59 AM

Review: Satu Cinta Sejuta Repot

Awalnya sih gue nggak begitu tertarik melihat judul bukunya, tapi begitu membaca sinopsisnya, gue langsung penasaran dengan isi ceritanya.
Sinopsisnya sungguh mengundang ketertarikan gue. Karena jujur saja, gue termasuk tipe orang yang menyukai segala hal berbau ramalan dan jika sesuatu seperti ini terjadi dalam real life gue, tentu saja gue bakalan pening berat seperti Ieva, tokoh utama dalam novel ini.
Kalo berdasarkan ramalan, ada tiga cowok yang akan datang di kehidupan gue:
Seorang yang menjadi takdir gue…
Seorang yang mencintai gue…
Seorang yang gue cintai…
Pilih salah satu. Ya, hanya satu yang mesti gue pilih untuk kebahagiaan gue! (Sinopsis Satu Cinta Sejuta Repot).
Begitu membaca sinopsis itu tentu saja gue langsung memilih ‘seorang yang mencintai gue’. Karena nyokap gue dulu pernah bilang ke gue: Pilihlah cowok yang mencintai kamu, bukan cowok yang kamu cintai. Mama jamin, kamu pasti bakalan bahagia karena bersama cowok yang kamu cintai belum tentu kamu bisa bahagia.
Gue masih berpegang teguh pada prinsip tersebut, hingga sampai pada pertengahan cerita yang mengharuskan Ieva untuk memilih cowok yang menjadi takdirnya.
Bukannya nggak masuk akal tetapi seperti kata Paula, sang peramal nyentrik yang datangnya suka tak terduga, “Mungkin karena aku peramal dan lebih percaya takdir, aku memilih…takdir. Cowok yang ditakdirkan untuk aku. Aku bisa mencintainya suatu hari. Dia bisa mencintaiku suatu hari. Dan…itu pasti sudah takdirnya pula kalau kita akan saling mencintai. Itu yang ada dalam pikiranku.” (Satu Cinta Sejuta Repot: 174).
Kata-kata itu tentu saja mempengaruhi Ieva yang ajaibnya juga berpengaruh kepada gue! Bener juga yang dibilang sama Paula, buat apa kita cinta setengah mampus sama cowok kalau ujung-ujungnya ternyata dia bukan takdir gue?! Useless banget! Lebih baik memilih sesuatu yang semestinya menjadi takdir kita. Walaupun pada awalnya mungkin….mungkin kita tak bisa mencintainya, namun seiring berjalannya waktu gue yakin gue bisa menyanyanginya dan hopefully rasa sayang itu bakalan bertransformasi jadi cinta. Who knows??
Cerita yang diracik oleh Moemoe Rizal ini memang seperti cerita-cerita teenlit kebanyakan. Namun, dia menampilkan dengan gaya penceritaan yang berbeda. Tak hanya menceritakan secara fisik apa yang terjadi namun juga isi pikiran dan suara hati Ieva. Gaya penceritaan seperti inilah yang sangat gue suka. Si penulis yang tidak melulu mengungkapkan kejadian demi kejadian namun juga menampilkan unsur perasaan di dalamnya.
Gaya penceritanyaannya mirip dengan Riheam Juniati atau Esti Kinasih, namun gue tau kalau setiap pengarang punya style yang unik.
Gue suka cara dia memaparkan cerita karena sebagai seseorang yang ngerti tentang novel karena gue suka sekali baca sekaligus bikin novel, Moemoe Rial tak melakukan plagiat semu atau mengutip kata-kata dari penulis lain. Dia menceritakan ceritanya dengan bahasanya sendiri yang unik dan penuh dengan logat sunda yang mungkin disebabkan karena dia sendiri juga orang sunda.
Gue juga suka dengan tokoh Gom dan Gam. Jarang ada novel yang ngisahin soal anak kecil kembar nakal namun kelakuannya justru bikin cerita ini tambah hidup dan nyegerin. Begitu membaca cerita soal Gom dan Gam, gue jadi teringat sama Si kembar Fred dan George Wesley dalam Harry Potter yang nakal dan usil setengah mati, sama seperti sifat mereka.
Overall, novel ini bagus, nyegerin, dan bikin kita bisa berpikir mengenai seorang yang kita cintai, seorang yang mencintai kita, dan seorang yang menjadi takdir kita. Karena penurut pesan yang gue dapet dalam cerita ini adalah gunakan hatimu untuk melakukan pilihan. Bukan pikiran rasional atau pun sumbangan saran dari orang lain. Karena walaupun orang itu dekat dengan kita, kita tak akan pernah tau apa yang ada dalam hatinya. Bukankah dalamnya sumur bisa diukur namun dalamnya hati nggak pernah ada orang yang bisa tau???!

kembali ke atas

Kamis, Maret 20, 2008 @ 7:50 AM

"Hm...bau kamu enak banget."

“Hmm…..bau kamu enak banget,” begitu kata Onta.
Hanya itu saja yang dikatakan olehnya tapi terang aja ucapannya langsung bikin gue speechless, muka gue tiba-tiba panas dan rasanya gue susah bernafas.
Ya Tuhan, gue sampai saat ini masih can’t imagine anymore, kenapa Onta hanya dengan berbekal ucapan simpel seperti itu udah bikin gue mati gaya. Padahal kalau dipikir-pikir dia cuma bilang: Eh, bau kamu enak banget lo. Udah, kayak gitu aja tapi serasa dia bilang: Aku suka sama kamu.
Muahahahaha,,,,memang gue ini gampang banget dibikin geer sama cowok satu ini. Entah, dia ini walaupun cuma nanyain pertanyaan simpel ke gue seperti: Kamu dapat artikel itu dari situs apa?
Tapi saking groginya, gue malah jawab dengan sedikit beribet: Oooooh, itu. Aku daper…eh, maksudku dapet dari Yahoo atau Google. Pakai search engine aja.
Memang bener, pesona Onta memang benar-benar dahsyat. Begitu gue menatap matanya yang paling gue suka dari semua hal yang dimiliki Onta, gue serasa lemes nggak bertenaga. Apalagi bulu matanya yang lentik itu, ya ampuuuuuun…gue suka!!!
Tadi aja gue dibuat senyum-senyum sendiri saat nginget-inget Onta ngajak gue ngobrol dan mengingat-ingat gimana cara dia mandang ke gue, gimana tatapan matanya itu beserta bulu matanya yang lentik selalu bikin gue salting bukan kepalang.
Mungkin benar kalau Onta itu punya bad habits yang nggak pernah bisa ditolerir banyak orang tapi dia itu gentle banget! Ketika dia datang dan duduk di sebelah gue, cepat-cepat dia mengambil permen dari dalem tasnya. Awalnya gue nggak mikir apa-apa, ternyata dia bela-belain makan permen supaya gue nggak bau rokok dari mulutnya secara mungkin dia habis ngerokok (apa iya itu namanya gentle??! Apa gue yang terlalu ngebanggain dia ya?!)
Lalu gue ngelakuin kebodohan lagi. Ketika berjalan di depannya, tiba-tiba entah kenapa kaki gue nyangkut ke ranselnya yang digeletakin ke lantai.
Gue: *berjalan nggak liat-liat medan akhirnya kesrimpet*
Onta: *ngangkat wajahnya sambil ngeliat gue*
Gue: sori-sori, maaf, ini tas siapa ya? *tanya gue polos*
Onta: tas ku
Gue: ooooh, maaf ya.
Onta: ga pa-pa
Gue: *mengambil tas dan ngasih ke dia* maaf
Onta: iya, ga pa-pa.
Ya, itu adalah salah satu aksiden ketika tadi gue kuliah SIM dan jejeran dengan dia lagi.
Nggak tau kenapa, Onta selalu berusaha bikin gue ketawa. Dia berusaha ngebanyol soal teman-teman gue yang dimarahin sama dosen gara-gara presentasinya nggak bagus. Mau nggak mau gue ketawa juga walaupun kebanyakan banyolannya garing.
Tapi supaya dia nggak tersinggung gue berusaha ketawa.
Sampai saat ini gue masih nggak ngerti kenapa harus sekarang saatnya. Kenapa nggak dari dulu-dulu gue mengalami hal ini. Karena, terus terang saja, saat ini gue bener-bener nggak tau harus gimana. Hati gue benar-benar kecewa berat olehnya walaupun dia sama sekali nggak ngelakuin kesalahan secara langsung kepada gue.
Mungkin Onta juga bingung kenapa sebelum-sebelum ini gue sering jutekin dia, nggak ramah, dan terkesan seperti musuh bebuyutan.
Tapi yang bikin gue agak surprise adalah perlakuannya ke gue seperti seorang teman lama. Memang sih kami berteman secara nggak langsung karena sama-sama satu jurusan. Tapi dia seperti telah mengenal gue. Dia memperlakukan gue tidak seperti seorang kenalan baru tapi langsung mengajak ngobrol akrab layaknya seorang sahabat.
Apakah itu semua karena gue telah ‘mengenalnya’ melebihi orang lain selama tiga tahun belakangan??? Begitu pun sebaliknya dia telah ‘mengenal’ gue walaupun sebelumnya kami bahkan tak pernah saling betegur sapa.
Ketika kita sering mengawasi seseorang yang kita sayangi meskipun orang itu mungkin tidak tau jika kita sayang padanya, apa mungkin orang itu juga melakukan hal yang sama kepada kita??
Mungkinkah orang itu juga diam-diam mengawasi kita, perlahan-lahan menyayangi kita seiring berjalannya waktu karena menyadari jika selama ini ada seseorang yang begitu perhatian padanya, menyayanginya walaupun ditentang oleh banyak orang???
Apa mungkin ya?? Kalau mungkin berarti selama Onta juga……………….begitu.
NB: Tadi pas kuliah diam-diam gue mengamati ke-matching-an antara fisik gue dan Onta dari balik kaca riben ruang kelas yang kebetulan ada di depan gue. Hasilnya kurang mengesankan karena sepengetahuan kedua mata gue, kami berdua sangat tidak cocok secara fisik. Secara dia ganteng banget, bodinya bagus. Sedangkan gue jelek dan gendut!!! Hiks…hiks…hiks…gue sedih! Kalau gini sih gue yang kebanting abis-abisan sama dia!!! Kasian dianya kalau nantinya kami jalan berdua *amien*……….

kembali ke atas

Kamis, Maret 13, 2008 @ 7:43 AM

Ketika 'Onta' ada di sebelah Gue

Mulai sekarang rasanya gue sudah bisa berlega hati. Akhirnya nantinya gue lulus kuliah tidak dengan rasa penasaran yang amat tinggi tentang bagaimana rasanya berada dekat dengan ‘Onta’. Yaaaa, walaupun akhir-akhir ini memang gue telah merasakan yang namanya berdekatan dengan Onta tapi……*sambil senyum-senyum sendiri*…………gue nggak pernah berdekatan dengan dirinya sedekat hari ini.
Dari bangun tidur di pagi hari entah kenapa perasaan gue hepiiiii terus. Padahal jelas-jelas kuliah jam tujuh pagi bakalan diisi sama dosen resek dan disiplinnya setengah mati tapi gue tetep senyum-senyum dan berjalan gontai memasuki lobi fakultas.
Bahkan di pagi itu gue berpapasan dengan Onta di koridor tapi gue tetep cuek dan pura-pura nggak tau *itulah kebiasaan gue kalau ketemu sama Onta*. Begitu masuk ruang kuliah pun gue nggak sempat toleh kiri kanan, gue langsung duduk di sebelah Rina dan ngobrol ngalor-ngidul sama dia. Secara Rina punya banyak gossip seputar si ‘dia yang diharapkan’ karena kebetulan Rina satu lokasi KKN sama si ‘dia yang diharapkan’. Andaikan gue bisa bertukar posisi dengan Rina, tapi nggak apalah lagi pula tempat KKN Rina berada di ujung dunia sono, yaitu di kecamatan Pakal perbatasan Gresik Surabaya.
Tapi sebelum kuliah dimulai gue menyempatkan diri nengok kebelakang dan ternyata..oh...ternyata Si Onta udah duduk dengan tampannya di belakang gue!!!! Yak, sodara-sodara! Gimana gue nggak cengengesan begitu balik ke belakang langsung ngeliat tampangnya ada di depan mata gue???!
Tapi nggak segitu aja, ternyata dosen SIM (Sistem Informasi Manajemen) gue ngasih persyaratan sesaat sebelum tes kecil diadakan. Dosen itu menyuruh mahasiswa duduk di kursi sesuai absen masing-masing. Gludaaaaaakk!! Udah ngerasa nggak enak nih! Bukannya apa-apa, NIM Onta itu pas ada di bawah gue. Jadi apapun yang terjadi, walaupun tiba-tiba gedung FE roboh, gue tetep harus duduk jejer sama Mas Onta yang tampan dan mempesona.
Dan terjadilah………..gue duduk mengkeret di kursi jadi sambel. Di sebelah gue duduk dengan mempesonanya si Onta. Ya olooooooh, gue sampai berkali-kali bilang dalam hati: Ini kan mimpi gue tiga tahun belakangan ini dan sekarang menjadi nyata!!! Miracle really is.
Duduk bersebelahan dengan Onta tentunya bukan hal yang mudah. Gue selalu mencoba berkonsentrasi dengan tes yang diadakan. Sungguh sulit ketika kita mencoba mengingat-ingat bagaimana perusahaan digital bekerja jika di sebelah kita ada sebuah obsesi yang selama ini kita impikan menjadi kenyataan dan rasanya ingin berteriak heboh saja!!!
Tapi untungnya gue bisa menjalani tes itu walaupun jawabannya carut marut karena pikiran gue dipenuhi dengan: Ya Oloooooh, disebelah gue Onta. Onta yang gue sukai mulai dari Ospek jaman dulu kala.
Namun berada dekat dengan Onta tidak membuat gue sepenuhnya bahagia karena pikiran negative tak henti-hentinya datang silih berganti. Kebanyakan sih memperingatkan gue supaya tidak mengambil hati atas apa yang telah terjadi karena ini gue ini adalah korban dari proses perkuliahan.
Berada di sebelah Onta ternyata tak sampai tes itu saja karena ternyata dosen sialan itu tetap tak memperbolehkan kami pindah tempat duduk sampai perkuliahan berakhir. Tentu saja itu berarti gue menghabiskan dua jam penuh duduk bersanding dengan Onta.
*muka merona* Gue nggak pernah sehepi ini. Rasanya seneng banget bisa duduk di sebelahnya. Bahkan gue melakukan percakapan oral dengan dirinya karena biasanya kami hanya bicara lewat mata dan gerak tubuh. Dia memperlakukan gue seperti seorang teman lama.
Kalau dipikir-pikir sekarang, gue juga agak heran karena dia mengajak gue bicara seolah dia itu udah akrab sama gue padahal kami tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Dalam arti kami nggak pernah ngobrol bareng, berjabat tangan untuk berkenalan, bahkan bisa dibilang tadi adalah kali pertama kita ngobrol tapi serasa kami sudah pernah ngobrol sebelum-sebelumnya.
Namun nyatanya gue selama ini salah, gue akhirnya tau kalau Onta itu rajin sekali. Dia selalu mencatat poin-poin penting yang diajarkan oleh dosen. Sedangkan gue, gue malah main-mainin stabilo di kertas sambil ngegambar-gambar pohon, gunung, rumah, pokoknya gambar anak TK banget deh. Padahal selama ini gue selalu meng-underestimate-kan dia. Yang bilang dia pemalas lah, bego lah, nggak peduli sama yang namanya kuliah. Tapi sekarang kelihatan kan siapa yang males, siapa yang bego, dan siapa yang rajin???
Diam-diam gue juga memperhatikannya. Gue menatap wajahnya yang selama ini bikin gue jungkir balik nggak karuan, yang bikin gue panas dingin salah tingkah, yang berhasil memporak-porandakan hati gue tiga tahun belakangan ini *mungkin cuma gue orang goblok yang mau nunggu cowok selama tiga tahun!!!* Tentu saja gue memperhatikannya secara diam-diam saat dia lagi konsen nulis di buku atau lagi serius ngebaca LCD di depan kelas.
Gue lihat alis matanya tebal sepurna dengan mata yang tajam, yang selalu berhasil menusuk kedalam hati gue…cieeeeee….. Begitupun dengan struktur wajahnya, hidungnya yang mancung, mulutnya yang kemerahan, dan rambutnya yang sekarang dimodel spike sehingga membuat rambut yang aslinya keriting jadi terlihat rapi.
Tapi ternyata kulit wajahnya sedikit kusam, banyak bintik-bintik hitamnya. Makanya pakai Pond’s white beauty detox dong!!! Waaaaah, iklan nih! But overall, he’s perfect! Really-really perfect and I think I’m still in love with him. No matter how his habits outside…………Masalahnya, dia cinta enggak sama gue????

kembali ke atas

Senin, Maret 03, 2008 @ 8:03 PM

KKN part..............2


Gue kesasar. Mungkin yang sering baca blog gue udah nggak kaget lagi mendengar cerita kalau gue nyasar! Tapi ini berasa keterlaluan banget. Ceritanya tadi pagi pas mau berangkat ke Wiyung untuk KKN gue salah ambil jalan, gue malah ambil jalan menuju kampus yang bertolak belakang dengan jalan ke Wiyung. Untungnya gue nyadarin kebodohan ini nggak telat, masih nyampe perumahan Araya jadi gue bisa puter balik.
Untungnya-untungnya! Coba kalau gue baru nyadar pas nyampe kampus, bisa pusing juga kan?! Bukan apa-apa, soalnya Deasy udah nungguin gue di dekat terminal Bratang buat barengan ke Wiyung sana karena kebetulan kami ditempatin di satu kelompok kelurahan.
Ya ampuuuuuuuuuun! Sampai kapan ya kebegoan gue ini hilang?! Gue kan juga kepingin dipanggil Si Pintar atau Si Cerdik. Masak dari nyeprot ke dunia selalu dipanggil Si Bego.
Tadi gue ada kegiatan Posyandu. Memang sih nggak turun langsung ngasih vitamin atau nyuntik imunisasi, kita cuma diminta bantuan di administrasi dan bantu-bantu nimbang gitu. Nah, selain ada kacang hijau gratisan yang sedari awal sudah mencuri perhatian gue, gue tadi mencicipi yang namanya menggendong bayi.
Asal tau aja, dari dulu gue paling nggak mau kalau disuruh ngegendong bayi. Gue takut jatuh aja. Kan gue ini orangnya agak sembrono, makanya pas diminta bantuan sama ibu-ibu yang gue nggak tau namanya tapi anaknya banyak banget makanya sempat kelimpungan saat pemberian vitamin, gue nggak bisa nolak: sungkan!
Akhirnya-akhirnya sodara! Gue ngegendong bayi juga. Ya olooooh! Ternyata lebih ringan dari pada Tata, Shiro, atau Jona *nama kucing-kucing tante gue yang sering gue gendong-gendong*. Rasanya ringan banget, terus kelihatan rapuh banget *soalnya umurnya masih enam bulanan gitu*, saat ngeliat anak bayi itu di gendongan gue nggak tau kenapa tiba-tiba gue mikirin ‘si dia yang diharapkan’. Mehehehe…mas ‘si dia yang diharapkan’ gue harap kamu jangan ketawa ya baca tulisan ini.
Wah, pengalaman itu bener-bener nggak terlupakan. Gue akhirnya mengalami satu kemajuan: berani menggendong bayi. Apaan tuh?! Cetek banget kemajuannya!!!
Setelah kejadian itu gue jadi berkhayal, gimana ya seandainya gue punya baby?? Apa gue masih suka cekikikan nggak jelas; atau masih tetep bego dan bloon seperti biasanya; apa gue bisa seperti ibu-ibu kebanyakan yang pintar ngurusin anak dan suami. Hhhhhhh……..gimana ya gue nantinya???
Oh iya, ada berita heboh lagi!! Gue ketahuan ada sumthin-sumthin sama Onta!! Memang sih ini kebegoan gue juga. Gue nanya ke kakak kelas Onta sewaktu SMA yang kebetulan satu kelompok KKN sama gue. Eeeeh, gak tau kenapa tiba-tiba dia langsung nembak kalau gue ada apa-apa sama Onta. Mana ada Rama pula, bisa-bisa tu anak ember sama temen-temen seangkatan kalau gue memang ada sumthin-sumthin sama Onta.
Bego! Bego! Bego! Haduuuuuh, pusing kepala gue! Mana di forum itu Onta udah terkenal ke-playboy-annya. Uuuugh! Onta kenapa kamu dulu nakal banget sih, pake acara playboy-playboy segala! Jadinya gue kan yang kena getah juga!
Buat ‘si dia yang diharapkan’: tenang aja, gue memang ada sumthin-sumthin sama Onta tapi cuma bercandaan kok, nggak serius. Jadi, gimana tawarannya kemarin? Masih berlaku nggak??? Mehehehe…

kembali ke atas

@ 7:42 PM

KKN part..............1

Gue capeeeeeek banget!!! Sekarang ini lagi tidur-tiduran di kasur sambil ngedengerin soundtrack-nya Full House lewat notebook. Entah, akhir-akhir ini gue jadi demen lagi sama Si Rain. You know, “My Name is Rain!” Yak! Itu yang aku suka. Cowok itu seksi banget! Badannya bagus dan tampangnya kelihatan bego *nggak tau kenapa, gue lebih respect sama cowok bertambang bego kayak Ringgo, Rain, atau Onta* Mehehehe….

Gue seminggu belakangan sibuk ngurusin KKN. Sebelumnya gue udah pernah cerita jika gue ketiban dapet jatah KKN di daerah Wiyung nun jauh di sana dan akhirnya menjadi takdir gue setiap hari pulang pergi Semolo-Wiyung. Rasanya tulang-tulang gue copot semua. Sebenernya di sononya sih nggak ngapa-ngapain cuman capek di jalan aja. Bayangin! Gue harus menempuh waktu sekitar empat puluh lima menit untuk pergi dan pulangnya empat puluh lima menit lagi. Woooow, lama sekali yak! Bokong gue udah rasanya kebas aja. Jadinya sampe rumah maunya nempel kasur melulu buat ngelurusin punggung.

Gue ada banyak cerita lucu tentang acara KKN gue ini. Mulai dari senam ibu-ibu lansia yang mengharuskan gue berpartisipasi; acara menanam pohon di bantaran kali Wiyung bareng Pak Walikota Surabaya: Bambang DH *tentunya gue banyak poto-poto di sana*; penyuluhan kesehatan untuk SD IDT *Inpres Desa Tertinggal* di mana gue dan teman-teman gue kewalahan mengatasi keberingasan anak-anak SD di sana; sampai hari ini gue melakukan kebodohan lagi: gue kesasar!!!

Acara pertama KKN kita adalah senam bersama ibu-ibu dan bapak-bapak lansia. Tau sendiri dong, karena yang ikut lansia makanya gerakannya juga nggak seekstrim senam-senam kebanyakan. Tapi sodara-sodara, karena gue ini udah lama nggak olah raga atau lebih tepatnya melupakan yang namanya olah raga sejak lulus SMA jadinya badan gue kaku setengah mati. Berasa senam sama robot aja. Mana senamnya itu yang ada cuma tarik nafaaaaaaaaaaaas………….hembuskaaaaaaaaaaaaaaaaaaan……………tarik nafaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaas………….hembuskaaaaaaaaaaaaaaaaan……………..

Kalau aja nih ye, gue ibu-ibu melahirkan pastilah gue udah ngelahirin anak lima biji kalau olah raganya kayak begitu. Tapi demi menghargai masyarakat di sana maka kami-kami pun berusaha menghormati dan belagak sok serius padahal aslinya di belakang itu cekikikan.

Hari kedua, acara menanam pohon di bantaran kali bersama Pak Walikota: Bambang DH. Memang sih, ini seperti kebanyakan acara menanam pohon namun karena ada Pak Walikotanya makanya berasa spesial banget. Apalagi ada yang nyuting, waaaaaaah, naluri keartisan gue langsung jalan. Gue nggak berhenti untuk pasang pose terbaik. Begitu lampu kamera menyala langsung pasang senyum tiga jari. Mehehehe…

Hari ketiga, acara penyuluhan kesehatan ke SD IDT. Gue, yang menyangka jika anak-anak SD itu masih lugu dan malu-malu pun mangap seketika saat ada seorang anak SD begitu berani menggoda temen KKN gue: Mas Hafid. Ya olooooh, mana ngegodainnya muka tembok banget. Gue aja kalah deh. Mana si anak cewek ini yang ngajak kenalan duluan sama temen gue itu. Manggil-manggil pake nama pula dengan suara kenesnya. Untungnya temen gue itu nggak horror, dia selalu mencoba menghindar. Coba kalau Eben, waaaaah, pasti langsung dibentak-bentak tuh anak kecil. Tapi tetep, gue kaget ngeliat keberanian mereka mendekati lawan jenis.

Soalnya gue mikir, jaman gue dulu mana berani ngegodain anak kuliahan, orang kakak kelas aja langsung mengkeret jadi sambel. Mungkin ini pengaruh lingkungan juga ya. Atau malah televisi-televisi yang nayangin sinetron cinta-cinta nggak mutu itu. Mungkin itu juga menjadi salah satu indicator rusaknya mental anak-anak penerus generasi bangsa ini. Weleh…weleh…kayak gue ini pinter aja.

Lalu setelah ngasih penyuluhan soal kesehatan, kami pun ngadain sikat gigi bersama. Kami ngasih sikat gigi gratis ke mereka dengan maksud supaya mereka rajin sikat gigi. Tapi jadinya sedikit ricuh karena mereka pada berebutan ngambil sikat giginya. Sampe ada anak yang badannya kecil digencet sama anak yang bongsor, kasihan banget deh! Akhirnya salah satu temen gue pun memberi pengarahan jika semua pasti kebagian jadi nggak usah berebutan. Barulah keadaan sedikit kondusif.

Hari keempat, masih di SD yang sama kami ngadain acara bermain monopoli sampah. Acaranya sih ditujukan untuk anak kelas satu dan dua. Permainannya pun biasa aja, sama kayak monopoli pada umumnya cuma pos-posnya diubah ala kesehatan jadi seperti cuci tangan, sikat gigi, tempat sampah, atau rumah sakit.

Gue ditunjuk menjadi pendamping untuk kelas satu. Pada mulanya gue pikir gampang tapi ternyata susah banget!!! Mana ada satu anak yang hiperaktif banget. Dia naik-naik ke atas meja terus lompat-lompat gitu. Gue saking takutnya sampai tereak-tereak nyuruh dia turun. Horror banget deh! Mana yang lainnya pada berebutan pengen jalan duluan. Mereka akhirnya saling berteriak dan rusuhlah semua ini. Gue pusiiiiiing!! Mereka benar-benar ricuh!!

Gue sebenernya pengen nginputin foto-fotonya di blog tapi karena kamera masih dipegang pubdok makanya belum bisa gue akses. Jadi kapan-kapan gue inputin deh foto-foto pas gue KKN. Ok! Kayaknya cukup sigini aja deh! Gue laper mau makan dulu. Seee ya!!!

kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: