♥ Kantung Ajaibku ♥
Kamis, Maret 13, 2008 @ 7:43 AM

Ketika 'Onta' ada di sebelah Gue

Mulai sekarang rasanya gue sudah bisa berlega hati. Akhirnya nantinya gue lulus kuliah tidak dengan rasa penasaran yang amat tinggi tentang bagaimana rasanya berada dekat dengan ‘Onta’. Yaaaa, walaupun akhir-akhir ini memang gue telah merasakan yang namanya berdekatan dengan Onta tapi……*sambil senyum-senyum sendiri*…………gue nggak pernah berdekatan dengan dirinya sedekat hari ini.
Dari bangun tidur di pagi hari entah kenapa perasaan gue hepiiiii terus. Padahal jelas-jelas kuliah jam tujuh pagi bakalan diisi sama dosen resek dan disiplinnya setengah mati tapi gue tetep senyum-senyum dan berjalan gontai memasuki lobi fakultas.
Bahkan di pagi itu gue berpapasan dengan Onta di koridor tapi gue tetep cuek dan pura-pura nggak tau *itulah kebiasaan gue kalau ketemu sama Onta*. Begitu masuk ruang kuliah pun gue nggak sempat toleh kiri kanan, gue langsung duduk di sebelah Rina dan ngobrol ngalor-ngidul sama dia. Secara Rina punya banyak gossip seputar si ‘dia yang diharapkan’ karena kebetulan Rina satu lokasi KKN sama si ‘dia yang diharapkan’. Andaikan gue bisa bertukar posisi dengan Rina, tapi nggak apalah lagi pula tempat KKN Rina berada di ujung dunia sono, yaitu di kecamatan Pakal perbatasan Gresik Surabaya.
Tapi sebelum kuliah dimulai gue menyempatkan diri nengok kebelakang dan ternyata..oh...ternyata Si Onta udah duduk dengan tampannya di belakang gue!!!! Yak, sodara-sodara! Gimana gue nggak cengengesan begitu balik ke belakang langsung ngeliat tampangnya ada di depan mata gue???!
Tapi nggak segitu aja, ternyata dosen SIM (Sistem Informasi Manajemen) gue ngasih persyaratan sesaat sebelum tes kecil diadakan. Dosen itu menyuruh mahasiswa duduk di kursi sesuai absen masing-masing. Gludaaaaaakk!! Udah ngerasa nggak enak nih! Bukannya apa-apa, NIM Onta itu pas ada di bawah gue. Jadi apapun yang terjadi, walaupun tiba-tiba gedung FE roboh, gue tetep harus duduk jejer sama Mas Onta yang tampan dan mempesona.
Dan terjadilah………..gue duduk mengkeret di kursi jadi sambel. Di sebelah gue duduk dengan mempesonanya si Onta. Ya olooooooh, gue sampai berkali-kali bilang dalam hati: Ini kan mimpi gue tiga tahun belakangan ini dan sekarang menjadi nyata!!! Miracle really is.
Duduk bersebelahan dengan Onta tentunya bukan hal yang mudah. Gue selalu mencoba berkonsentrasi dengan tes yang diadakan. Sungguh sulit ketika kita mencoba mengingat-ingat bagaimana perusahaan digital bekerja jika di sebelah kita ada sebuah obsesi yang selama ini kita impikan menjadi kenyataan dan rasanya ingin berteriak heboh saja!!!
Tapi untungnya gue bisa menjalani tes itu walaupun jawabannya carut marut karena pikiran gue dipenuhi dengan: Ya Oloooooh, disebelah gue Onta. Onta yang gue sukai mulai dari Ospek jaman dulu kala.
Namun berada dekat dengan Onta tidak membuat gue sepenuhnya bahagia karena pikiran negative tak henti-hentinya datang silih berganti. Kebanyakan sih memperingatkan gue supaya tidak mengambil hati atas apa yang telah terjadi karena ini gue ini adalah korban dari proses perkuliahan.
Berada di sebelah Onta ternyata tak sampai tes itu saja karena ternyata dosen sialan itu tetap tak memperbolehkan kami pindah tempat duduk sampai perkuliahan berakhir. Tentu saja itu berarti gue menghabiskan dua jam penuh duduk bersanding dengan Onta.
*muka merona* Gue nggak pernah sehepi ini. Rasanya seneng banget bisa duduk di sebelahnya. Bahkan gue melakukan percakapan oral dengan dirinya karena biasanya kami hanya bicara lewat mata dan gerak tubuh. Dia memperlakukan gue seperti seorang teman lama.
Kalau dipikir-pikir sekarang, gue juga agak heran karena dia mengajak gue bicara seolah dia itu udah akrab sama gue padahal kami tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Dalam arti kami nggak pernah ngobrol bareng, berjabat tangan untuk berkenalan, bahkan bisa dibilang tadi adalah kali pertama kita ngobrol tapi serasa kami sudah pernah ngobrol sebelum-sebelumnya.
Namun nyatanya gue selama ini salah, gue akhirnya tau kalau Onta itu rajin sekali. Dia selalu mencatat poin-poin penting yang diajarkan oleh dosen. Sedangkan gue, gue malah main-mainin stabilo di kertas sambil ngegambar-gambar pohon, gunung, rumah, pokoknya gambar anak TK banget deh. Padahal selama ini gue selalu meng-underestimate-kan dia. Yang bilang dia pemalas lah, bego lah, nggak peduli sama yang namanya kuliah. Tapi sekarang kelihatan kan siapa yang males, siapa yang bego, dan siapa yang rajin???
Diam-diam gue juga memperhatikannya. Gue menatap wajahnya yang selama ini bikin gue jungkir balik nggak karuan, yang bikin gue panas dingin salah tingkah, yang berhasil memporak-porandakan hati gue tiga tahun belakangan ini *mungkin cuma gue orang goblok yang mau nunggu cowok selama tiga tahun!!!* Tentu saja gue memperhatikannya secara diam-diam saat dia lagi konsen nulis di buku atau lagi serius ngebaca LCD di depan kelas.
Gue lihat alis matanya tebal sepurna dengan mata yang tajam, yang selalu berhasil menusuk kedalam hati gue…cieeeeee….. Begitupun dengan struktur wajahnya, hidungnya yang mancung, mulutnya yang kemerahan, dan rambutnya yang sekarang dimodel spike sehingga membuat rambut yang aslinya keriting jadi terlihat rapi.
Tapi ternyata kulit wajahnya sedikit kusam, banyak bintik-bintik hitamnya. Makanya pakai Pond’s white beauty detox dong!!! Waaaaah, iklan nih! But overall, he’s perfect! Really-really perfect and I think I’m still in love with him. No matter how his habits outside…………Masalahnya, dia cinta enggak sama gue????

kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: