Dia yang selama tiga tahun ini selalu memenuhi hati gue dengan cinta. Dia yang mampu menggoncangkan jiwa gue hanya dengan tatapan matanya. Dia yang selalu saja pura-pura tak peduli dengan semua yang telah terjadi. Dia yang masih saja mempesona hingga membuat gue mabuk kepayang. Dan dialah satu-satunya orang yang mampu membuat hati gue berdarah-darah saat menyadari bahwa cinta gue kepadanya hanyalah unrequited love.
Gue mendengar dia tertawa lalu berkata, “Baru dikasih nama ya bukunya? Pasti baru beli.”
Gue menoleh padanya sekilas, tersenyum, dan balas berkata, “Iya.”
Matanya. Matanya selalu membuat gue terpesona. Dari keseluruhan pesona yang dimilikinya, gue paling terkesan dengan matanya. Matanya begitu jernih, tatapannya selalu dalam, dan bulu matanya sangat lentik sangatlah berbeda dengan mata cowok kebanyakan.
Dia begitu ramah, baik, dan selalu berusaha membuat percakapan dengan gue. Dia selalu berusaha membuat gue tertawa dengan banyolannya walaupun menurut gue sangat garing. Dia juga berusaha untuk selalu berada dekat dengan gue. Diam-diam dia sangat perhatian kepada gue.
Namun gue memiliki gengsi setinggi gunung es. Gue selalu bersikap pasif. Bahkan sampai detik ini pun, gue nggak pernah mencoba untuk memulai bicara kepadanya. Selalu saja dia yang memulai. Gue hanya berani menatapnya diam-diam, mengagumi struktur wajahnya, dan sesekali terpergok oleh dia. Dia tersenyum!
Hanya saja gue selalu merasa nggak nyaman jika berada di dekatnya. Namun jika berada jauh darinya seperti saat ini, gue selalu saja memikirkan dia. Mengingat apa saja kenangan kami saat bersama. Gue sayang kepadanya namun masih gue belum yakin apakah ini cinta.
Gue juga nggak ingin kehilangan teman-teman gue karena sampai sekarang mereka masih saja memandang sebelah mata terhadap dia. Mereka selalu mengingatkan gue supaya nggak terlena dengan bujuk rayu dia. Karena dia adalah seorang buaya darat. Anehnya, walaupun gue sudah tau jika dia memang buaya darat, gue tetap saja memerhatikannya secara diam-diam.
“Kamu mau nggak aku nyanyiin?” tanyanya saat gue lagi bosen sama materi kuliah.
Gue tersenyum, “Dinyanyiin apa?”
Dia mengubah posisi duduknya menghadap gue, menatap gue dan mendendangkan sebuah lirik berirama, “…..aku jatuh cinta kepadamu….sangat jatuh cinta kepadamu….ow..ow…ow…”
Gue tertegun!