♥ Kantung Ajaibku ♥
Sabtu, Agustus 23, 2008 @ 8:50 AM


Gue nggak tau apa ada yang salah sama diri gue. Nyokap yang gue interogasi tentang masa kehamilannya mengatakan, selama mengadung gue dalam rahimnya, nggak ada aksiden, seperti perutnya kejedot pinggiran meja atau salah minum kalpanax yang dikiranya suplemen penguat masa kehamilan.

Tapi kenapa gue ini terlahir dengan otak begitu lemot. Gue bener-bener nggak terima! Gue akhirnya melakukan investigasi yang dimulai dari awal masa gue dalam kandungan. Nyatanya, tidak ada yang salah, semua baik-baik saja. Hanya saja nyokap nambahin, dulu waktu gue masih dalam perutnya, perut nyokap banyak minta dielus sama cowok-cowok cakep. Karena insting nyokap berkata kalau bayi yang ada di rahimnya itu cowok. Tapi begitu nyeprot lahirnya cewek.

Mungkin ini bisa menjadi suatu dasar “kebingungan” dalam diri gue. Untung aja gue nggak jadi heteroseksual. Gue cuma lemot. Walaupun hal itu tidak bisa disyukuri.

Semua orang bilang gue lemot. Kalau diajak ngobrol selalu banyak nggak nyambungnya. Butuh pengulangan kata beberapa kali supaya gue mengerti dengan topik pembicaraan. Atau pun kalau gue berusaha “sok pinter”, ujung-ujungnya pasti ketawaan yang terdengar dari temen-temen gue sambil bilang: Dasar Lemooooooot!!!

Pedih!!

Sampai kemarin, ketika gue dan Eben bertengkar hebat dalam mobil, sampai-sampai
Eben berani taruhan nyawa kelinci peliharaannya demi kebenaran realita tentang sebuah buku yang tengah gue baca.

Gara-garanya gue dan Eben sama-sama ngotot tentang buku D.O.: drop out, tulisan Arry Risaf Arisandi. Eben bilang kalau buku itu udah difilemin, ngapain diaca segala, nonton filemnya lebih gampang. Gue langsung membenarkan, kalau buku ini belum difilemkan dan berkata kalau filem DO yang dibintangi Ben Joshua itu berbeda dengan buku DO ini, cuma judulnya aja yang sama.

Tapi Eben langsung kontra, dia ngeyel bilang kalau buku itu sama kayak filem di bioskop. Gue yang saat itu memang yakin kalau buku DO yang tengah gue pegang belum difilemin nggak kalah ngotot. Setelah adu mulut panjang dan saling teriak-teriak, kami diem-dieman. Gue sebel sama Eben. Begitu juga dengan Eben, dia sama sekali nggak mau melihat gue.

Karena lama nggak saling ngobrol, mobil terasa sepi, gue nggak tahan dan akhirnya berinisiatif untuk baikan sama Eben (ketauan banget kalau gue orangnya nggak bisa marahan lama-lama).

Gue : Eben, baikan yuk.
Eben : …
Gue : Ebeeeeeen *gue narik-narik lengan kaosnya*
Eben : Apaan sih?! *kayaknya dia masih marah*
Gue : Baikan yuk *sambil berkata melas*
Eben : …
Gue : *menyodorkan jari kelingking gue* Baikan ya…
Eben : *melirik jari kelingking gue, lalu dia menautkan jarinya sendiri di sana*

Akhirnya kami baikan. Hwahahaha…bener-bener nggak penting! Dan ternyata, setelah itu gue search lewat search engine tentang kebenaran fakta itu, memang benar adanya. Filem DO itu yang sama persis kayak buku yang sedang gue pegang. Tembelek! Eben bener!!!




kami berdua kembar loooooh...


Lalu, malamnya gue telepon Eben dan mengaku kalah. Di seberang, gue mendengar Eben ketawa gahar sambil bilang: Makanya, kalau bego itu nggak usah ngeyel!

Masih ada hubungannya sama lemot, gue baru sadar kalau editor gue yang paling cihuyyy, Mba Mala, adalah orang yang sama dengan karakter dalam Babi Ngesot yang cerita tentang tuyul ke Bang Radith. Coba baca deh…

Parah banget! Gue baru nyadar beberapa hari yang lalu padahal gue dan Mba Mala udah saling kenal selama satu bulan. Bener-bener lemot!!

kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: