♥ Kantung Ajaibku ♥
Sabtu, Januari 03, 2009 @ 11:47 AM

So Close

Back sound ini adalah lagu yang diputar saat Giselle berdansa di pesta dansa bersama James Marsden di Enchanted. Momen dansanya romantis banget dan bener-bener menyentuh aku.



Ngedengerin lagu ini membuat aku berpikir tentang “pangeran berkuda putih”. Apakah memang kadang kita bisa salah mengira bahwa dialah sang pangeran berkuda putih kita? Seperti Giselle yang berpikir bahwa pangerannya adalah Prince Edward namun nyatanya pangeran sejatinya adalah James Marsden.

Kedengarannya memang ironis banget. Nggak beda jauh sama kisah aku dengan Ricky. Awalnya aku mengira bahwa Ricky-lah pangeran berkuda putih itu. Namun nyatanya bukan dia pangeranku. Bedanya, kalau Giselle bisa nemuin James, sedangkan aku…mmm…kayaknya belum nemu juga tuh.

Mengenai pangeran berkuda putih itu, beberapa waktu yang lalu, seorang temanku pernah bilang sama aku kalau “pangeran berkuda putih” itu nggak ada! Yang ada hanyalah cowok biasa. Cowok yang benar-benar jauh dari kesan pangeran berkuda putih.

Ini membuat aku berpikir, apakah memang nggak ada yang namanya pangeran berkuda putih? Dan kenyataan ini membuat aku sangat kecewa. Karena sebelumnya aku selalu mengira bahwa suatu saat nanti pasti ada pangeran berkuda putih yang menantiku di bawah kanopi, yang memandangku memakai pakaian pengantin dan buket bunga, melintasi padang rumput untuk menyongsongnya.

Well, memang terdengar sangat dewasa tapi sejak kecil aku memang telah memimpikan hal itu. Pangeran berkuda putihku. Walaupun bukan dalam arti harfiah. Aku hanya menginginkan “pangeranku”.

Ada satu hal yang ingin aku bagi di sini. Tentang kenapa dulunya aku pernah berpikir bahwa Enricko Bastian adalah pangeranku. Sebab, dulu, waktu aku pertama kali melihatnya, waktu Ospek dulu, waktu seakan berhenti. Oke, ini memang kedengaran sangat konyol sekali. Tapi, baca dulu.

Jadi, waktu aku lihat dia pertama kali, waktu seakan berhenti. Lalu semua manusia di aula yang berjumlah 300 orang itu seakan lenyap hanya menyisakan aku dan dia. Sementara itu, tubuhnya seakan berpendar lembut, seperti memancarkan aura pesona. Dan yang lebih gila lagi adalah muncul bunga bermekaran di mana-mana dan tiba-tiba ada langit biru menaungi dirinya serta burung-burung beterbangan. Sumpah, gila banget. Udah kayak di film-film gitu.

Dan sejak itu, aku nggak bisa lagi berpaling dari dia. Dia udah kayak magnet buatku. Dia seperti matahari pribadi bagiku. Dimana dia berada, aku selalu berputar mengelilinginya sebagai poros.

Aku bingung kenapa bisa seperti itu. Apakah itu yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? Atau itulah yang disebut “takdir”? Tapi tampaknya dia memang bukan takdirku.

Dan taukah kalian, untuk merelakan Ricky pergi adalah hal tersulit yang pernah aku lakukan. Karena aku betul-betul mencintainya. Sangat tulus dan tanpa pamrih. Asalkan dia bisa menyinariku, aku sudah puas. Aku bahkan tidak minta apa-apa dari dia.

Tapi cinta seperti ini memang bisa “membunuh” dan aku harus melepaskannya sebelum cinta itu benar-benar membunuh aku. Nggak mudah memang. Butuh tekat yang sangat-sangat-sangat kuat sekali. Nggak sekali dua kali aku gagal, namun berulang kali.

Sekarang pun aku tidak bisa 100% lupa sama dia karena luka akan selalu meninggalkan bekas. Sampai sekarang, kalau aku bertemu dengan dia, aku nggak pernah bisa selamat dari sengatan listrik dahsyat yang menjalari tubuhku. Aku masih merasakannya. Karena aku sadar, sampai kapan pun aku akan terus mencintainya walaupun volumenya sudah sangat berkurang. Tapi dia memang sangat membekas bagiku.

Aku pernah mencintainya dan aku mengakuinya. Karena aku memang mencintainya sampai sekarang. Aku bahkan berpikir bahwa sampai nanti aku menemukan pangeran berkuda putihku, pasti ada sebagian kecil dari hatiku yang masih menjadi milik Enricko Bastian.

Walaupun dia adalah pangeran yang tak sempurna. Dan dia tidak akan pernah menjadi pangeran berkuda putihku karena dia adalah pangeran orang lain. Aku hanya berharap, bisa menemukan pangeranku sendiri, seperti Ricky bisa menemukan Cinderella-nya.

Kadang, cerita memang tak selamanya berakhir dengan happy ending. Mungkin ceritaku yang lain bisa berakhir dengan happy ending. Dan aku berharap akhir cerita Ricky juga berakhir dengan happy ending karena aku akan bahagia jika dia juga bahagia. Walaupun mungkin dengan diiringi tangisan darah olehku, tapi aku benar-benar lega jika Ricky akhirnya bisa bahagia.


kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: