♥ Kantung Ajaibku ♥
Senin, Mei 11, 2009 @ 1:37 PM

Sinetron Di Indonesia

Gue rasa sinetron-sinetron yang sekarang pada seliweran di tivi lokal semakin lama semakin mengalami penurunan kualitas. Beda banget sama sinetron jaman dulu seperti Si Doel Anak Sekolahan yang memiliki nilai moral yang tinggi dalam penyampaian pesan pada penonton.

Nah, kalau sinetron jaman sekarang sih yang diandelin cuma tampang aktor sama aktrisnya doang yang tinggi tapi nggak ada pesan yang disampaikan pada penonton. Intinya, sinetron jaman sekarang itu bener-bener wasting time banget. Tapi anehnya, pada jam-jam penayangan sinetron (mulai jam 18.00 sampai jam 21.00) justru banyak masyarakat yang pada duduk menikmati acara televisi ini (makanya rakyat makin bego karena yang ditonton cuma adegan nangis-nangisan karena ibu mertua selalu menindas anak menantu).


Masih ada hubungannya dengan sinetron, kemarin sore, waktu gue habis mandi dan siap-siap ngetik buat artikel di majalah, tiba-tiba gue ngerasa haus, makanya gue turun ke bawah dan niat ngambil air di dapur. Waktu ngelewatin ruang tivi, gue denger ada suara orang sesenggukan. Gue celingukan. Toleh kanan, toleh kiri.


Ternyata ada orang nangis. Mbak Lusi, sitternya Riska, lagi nangis sesenggukan di depan tivi. Gue pun mikir, kenapa nih orang? Apa gajiannya telat lagi ampe nangis kayak gini? Atau jangan-jangan dia baru diputusin pacarnya (pacarnya Mbak Lusi tuh satpam komplek. Hahaha)?


Dugaan gue salah!! Ternyata Mbak Lusi nangis bukan karena telat gajian atau diputusin pacarnya itu. Tapi karena nonton sinetron NIKITA di tivi. Pas itu Nikitanya gak boleh ketemu sama Mas Doni sehabis mendonorkan ginjalnya (gak tau deh ceritanya, seinget gue sih gitu)

GABRUK!

Sumpah! Gak mutu banget!

Karena penasaran akan cerita sinetron Nikita ini, sampai-sampai Mbak Lusi nangis sesenggukan seperti ini, gue pun ikutan nonton. Hasilnya, gue bingung…

Bukan bingung seperti nonton Slumdog kapan hari itu, tapi bingung karena sinetron ini tuh nggak realistis banget dan terkesan mengada-ada.



Sinetron Nikita

Contohnya nih: dalam hal mendonorkan anggota tubuh, biasanya informasi sang pendonor dan penerima akan dijaga ketat oleh pihak rumah sakit. Nggak ada yang namanya dokter ngumbar rahasia identitas sang pendonor kepada sang penerima. Informasi seperti itu pasti dirahasiakan. Palingan cuma dikasih tau umur dan jenis kelamin. Tapi di sinetron ini, dokternya dengan gamblang ngejelasin siapa sang pendonor, yaitu Nikita ke orang tuanya Mas Doni.


Krik…krik…krik…(suara jangkrik mengerik).


Lalu, ada lagi yang jadi bahan ketawaan aku. Di sinetron ini diceritain profesi Mas Doni adalah seorang dokter. Tapi…..dalam perjalanannya, dari awal sinetron ini ditayangkan sampai detik ini, nggak ada tuh adegan yang menampilkan Mas Doni lagi ngoperasi seseorang atau paling enggak memeriksa pasien. Yang ada malah adegan Mas Doni lagi ngeliatin Nikita ngepel di rumah sakit. Can you imagine that?


Dia adalah seorang dokter, tapi kenapa yang dilakukan dirumah sakit hanya nguber-nguber Nikita yang seorang tukang ngepel dan ngeliatin tuh cewek lamaaaaa banget. Terus, kapan dong dia melaksanakan tugasnya sebagai dokter?


Kalau gitu sih, sebaiknya kerjaan Mas Doni diganti aja, jangan dokter, tapi supervisor cleaning service. Nah, kalau gitu kan cocok. Kerjanya sehariaaaaan ngawasin pegawainya.

Sebenernya sih gue nggak mengharapkan muluk-muluk, seperti sinetron kita sama kualitasnya dengan serial-serial yang ada di luar negeri. Gue juga nggak bilang kalau kita nggak bisa bikin tayangan yang berkualitas. Mungkin saat ini memang tayangan yang berkualitas belum banyak ditayangkan karena kembali lagi pada selera masyarakat. Dalam hal ini taraf pendidikan pun menentukan.

Pangsa pasar dari sinetron seperti ini adalah ibu-ibu rumah tangga. Dan kenapa sinetron Indonesia dikemas dengan sangat simpel? Itu karena masyarakat tidak mau repot-repot berpikir untuk mencerna pesan moral yang ada di dalamnya. Maka jadilah tayangan yang kurang berbobot.

Saran gue adalah menghimbau para sinetron maker supaya membuat karya mereka lebih berkualitas. Tidak harus setara ER atau CSI. Tapi setidaknya berilah pengetahuan atau informasi yang mendidik pada karya-karyanya. Contoh simpel, mungkin kedepannya Mas Doni tidak hanya duduk saja sambil mengawasi Nikita ngepel, tapi juga sibuk menangani wabah flu Singapura yang sekarang merebak di Indonesia (terutama Depok). Lalu adegan yang ditampilkan tidak harus seribet di ER tapi bisa ditampilkan adegan dimana Mas Doni sedang memeriksa pasien lalu menemukan symptom-symptomnya, kemudian menangani penyembuhannya (misalkan menyuruh perawat menyiapkan obat-obatan dan alat-alat yang diperlukan, jangan lupa sebutin obat-obatannya apa aja).

Mungkin dengan begitu, para ibu-ibu rumah tangga bisa melihat cara seorang dokter dalam menangani pasien seperti apa dan menambah pengetahuan tentang cara-cara menangani flu Singapura.

Gimana? Kedengeran lebih berbobot kan? Jadi sambil nonton sinetron, sambil belajar juga. Karena cukup telenovela saja yang menampilkan adegan ibu mertua menindas anak menantu!


kembali ke atas

Profile



Aluna Soenarto

22 female

Surabaya, East Java, Indonesia

Accounting 2005, Airlangga University


My Masterpiece



kalau pengen tau cuplikan ceritanya




Pingbox


Tagboard




Tweetz



Links



Credits

Layout by: LastSmile(: